Forex, Trading Forex, Broker Forex Indonesia, Broker Forex Terpercaya,Trading Forex Indonesia Forex, Trading Forex, Broker Forex Indonesia, Broker Forex Terpercaya,Trading Forex Indonesia

BREXIT DAN PEMILU PERANCIS

02 May 2017 in Blog - by Eko Trijuni

Emmanuel Macron adalah salah satu kandidat dalam pemilihan presiden di Perancis. Di pemilu putaran pertama, ia berhasil mengumpulkan 8,5 juta suara (23,9 persen) mengalahkan rivalnya Marine Le Pen yang hanya berhasil meraih 7,6 juta suara (21,4 persen). Karena tidak ada satu pun dari mereka yang menjadi mayoritas (kurang dari 50%), maka sesuai dengan aturan yang berlaku di Perancis akan dilaksanakan pemilu putaran ke dua.

Jika Macron menang, hal tersebut diyakini akan memperkecil kemungkinan terjadinya guncangan pada ekonomi dan politik Eropa.

Seperti yang kita ketahui, salah satu kampanye Marine Le Pen adalah agar Perancis mengikuti langkah Inggris untuk keluar dari Uni Eropa. Oleh sebagian pihak, sikapnya itu dipandang oleh sebagian pihak sebagai ancaman bagi keseluruhan proyek Eropa.

Jika Macron menang, besar kemungkinan kemenangannya itu akan disambut gembira oleh kalangan pebisnis yang menganggapnya sebagai sosok pragmatis yang pro-bisnis, kendati belum teruji dan belum memiliki pengalaman.

Efek Brexit?

Ada sementara argumen bahwa kebijakan Macron yang berpihak pada bisnis misalnya memangkas pajak dari 33% menjadi 25% dan mempermudah pemecatan (juga perekrutan) pekerja akan membuat Perancis menjadi tujuan investasi bisnis yang lebih menarik di Eropa. Perancis juga diharapkan akan menjadi basis bisnis yang potensial untuk Uni Eropa.

Sebagai contoh, kebanyakan bankir telah menempatkan Perancis hampir di level terbawah sebagai tujuan investasi. Macron diharapkan bisa membawa perubahan untuk hal tersebut.

Terkait Brexit, setidaknya ada dua alasan mengapa kemenangan Macron bisa berdampak bagi negosiasi Brexit.

Alasan pertama adalah niat Macron yang melakukan pemangkasan pajak dan mengurangi hak-hak pekerja. Agar bisa melancarkan programnya itu, pemerintahannya (kalau ia terpilih) harus mendapatkan dukungan dari sayap sosialis Perancis.

Jika Macron memang berniat untuk membuat Perancis menjadi negara tujuan investasi yang menarik, maka ia mau tidak mau harus betul-betul memperhatikan berbagai kepentingan dari dalam negeri dulu. Selama ini, telah banyak upaya yang dilakukan untuk mereformasi pasar tenaga kerja namun belum memperlihatkan hasil.

Alasan ke dua adalah mengenai stabilitas ekonomi Eropa. Ada ketakutan bahwa hengkangnya Inggris dari Uni Eropa akan memicu niat yang serupa di seantero Eropa. Macron dikenal sebagai salah satu supporter Uni Eropa dan ia tidak menyembunyikan ketidaksukaannya terhadap Brexit.

Dengan demikian, ada cukup alasan untuk menekan Inggris dalam perundingan-perundingan terkait Brexit yang rencananya akan berlangsung hingga Maret 2019. Itu bisa berarti langkah Inggris setidaknya akan menjadi lebih ringan.

Bagaimana Jika Le Pen yang Menang?

Seperti yang disebutkan sebelumnya, salah satu kampanye Le Pen adalah "Perancis keluar dari Uni Eropa". Pemimpin Front Nasional itu pernah mengatakan bahwa ia lebih suka menjadi sekutu Inggris dalam negosiasi Brexit jika ia menjadi presiden Perancis.

Dalam sebuah wawancara dengan radio LBC Le Pen mengatakan, "Tidak ada alasan untuk tidak mengikuti langkah Inggris dan bekerja sama dengan Inggris dalam negosiasi antara dua bangsa yang memiliki hubungan dagang yang telah berlangsung selama berabad-abad. Saya tidak bisa melihat alasan mengapa Perancis dan Inggris Raya tidak bisa memiliki hubungan yang sangat baik."

Le Pen juga mengkritik Uni Eropa yang menurutnya "sok kuat" dan menurutnya dipengaruhi oleh Kanselir Jerman Angela Merkel.

"Saya tidak tahan dengan sikap pemerasan dan ancaman Uni Eropa atas Inggris. Struktur ini (Uni Eropa) tidak lagi bisa berjalan tanpa pemerasan dan ancaman."

Dalam beberapa kesempatan Le Pen sering memuji keputusan Inggris untuk keluar dari Uni Eropa. Ia juga telah bertekad untuk melakukan hal yang sama jika ia terpilih menjadi presiden Perancis.

Share :