Forex, Trading Forex, Broker Forex Indonesia, Broker Forex Terpercaya,Trading Forex Indonesia Forex, Trading Forex, Broker Forex Indonesia, Broker Forex Terpercaya,Trading Forex Indonesia

STRATEGI FOREX TRADING: KUNCI SUKSES PAHAM HARMONIC PATTERN (4)

16 May 2019 in Blog - by Admin FOREXimf

Bagi Anda yang sudah mempelajari beberapa materi sebelumnya tentang harmonic pattern, mungkin sebagian dari Anda bertanya-tanya, "Bagaimana penerapannya dalam trading forex sesungguhnya?"

Dengan kata lain, bagaimana mengaplikasikan rasio-rasio fibonacci yang disajikan dalam gambar/ilustrasi pola yang ada.

Ini juga adalah pertanyaan yang sering muncul dari para trader yang baru memulai mempelajari Harmonic Pattern.

Materi sebelumnya tentang Harmonic Pattern:

  1. ABCD Pattern dan Three-Drive Pattern
  2. Bearish & Bullish Gartley
  3. Crab, Bat & Butterfly Pattern

Sebagai contoh kasus, kita akan membahas aplikasi pola ABCD (ABCD pattern) di grafik candlestick. Pola ini merupakan pola paling sederhana dalam harmonic pattern.

Meskipun demikian, pola inilah sebenarnya yang menjadi dasar dari semua pengembangan harmonic pattern.

Dengan demikian, jika Anda sudah bisa mengaplikasikan pola ini dalam analisa forex trading Anda, diharapkan akan lebih mudah bagi Anda untuk melakukan analisa mempergunakan harmonic pattern turunannya.

Baik, kita mulai saja...

Contoh yang saya sajikan adalah penerapan pola Bearish ABCD.

Sekedar penyegaran ingatan, ada dua jenis ABCD pattern, yaitu Bullish ABCD dan Bearish ABCD.

Pertanyaan yang biasa muncul – seperti yang disinggung di awal tulisan ini – biasanya adalah, "Apa maksudnya .618 dan 1.272 itu?"

Kedua angka tersebut merupakan rasio fibonacci. Dalam tool fibonacci retracement yang biasa kita pergunakan, .618 adalah level retracement 61.8% sementara 1.272 merupakan level ekspansi 127.2%.

OK, tetapi bagaimana mempergunakannya?

Mari baca artikel ini sampai selesai karena selanjutnya akan saya bahas penerapannya.

Identifikasi trend

Langkah pertama yang perlu Anda lakukan tentu saja adalah mengidentifikasi trend. Setelah itu, Anda aplikasikan fibonacci retracement di swing terakhir yang signifikan.

Lihat gambar di bawah ini:

Jika Anda perhatikan, titik A merupakan swing low, sementara titik B merupakan swing high yang dipakai sebagai acuan menarik fibonacci retracement.

Sebagai langkah awal mengidentifikasi pola ABCD ini, Anda harus melihat ada koreksi yang terjadi hingga ke area retracement 61.8%. Jika Ada koreksi dimaksud, maka Anda kemudian bisa menetapkan titik C.

Dengan demikian Anda sudah memiliki "leg (kaki)" pertama dari pola ABCD, yaitu pergerakan A ke B (selanjutnya kita mempergunakan istilah pergerakan AB).

Anda juga sudah memiliki retracement yang merupakan pergerakan BC.

Identifikasi potensi letak titik leg

Langkah ke-2 adalah mengidentifikasi potensi letak titik D alias leg ke-2. Bagaimana caranya?

Coba perhatikan gambar berikut ini:

Anda telah memiliki retracement CD dari langkah pertama di atas. Nah, untuk mengetahui dimana letak titik D, Anda perlu menarik fibonacci retracement dari titik B ke C.

Letak titik D ada di perpanjangan sejauh 127.2% (1.272) dari BC.

Selamat, Anda sudah menemukan leg ke-2!

Sebagaimana yang telah Anda ketahui, Anda bisa membuka posisi sell di titik D tersebut.

Dalam contoh di atas, memang titik D tidak persis berada di level 127.2%. Tetapi ingat bawah level tersebut sejatinya adalah level resistance.

Sedikit penembusan ke atas level tersebut tidak menjadi masalah selama penembusan yang terjadi tidak signifikan.

Di samping itu, ingat bahwa dalam pola ABCD, panjang leg pertama (AB) lebih kurang sama dengan panjang leg ke-2 (CD). Jadi, selain level 127.2% perhatikan juga panjang CD-nya.

Sayangnya, pada fibonacci retracement standar yang biasa dipergunakan dalam trading kita tidak bisa menemukan level 127.2%.

Untuk itu Anda sendiri perlu menambahkan level dalam fibonacci retracement tersebut.

Menentukan area stop loss

Pertanyaan selanjutnya biasanya adalah, "OK, saya sudah sell di titik D. Lalu bagaimana dengan SL (Stop Loss) dan TP (Take Profit)-nya?"

Untuk menjawabnya, perhatikan gambar berikut ini:

Anda bisa mempergunakan titik D sebagai acuan menempatkan SL. Dalam contoh ini, Anda membuka posisi sell, sehingga SL bisa ditempatkan di atas titik D.

Perhitungan yang umum dipergunakan adalah dua hingga tiga kali spread, atau diberi jarak 100-200 pips (5 desimal).

Atau, Anda bisa mempergunakan area TP sebagai acuan memperhitungkan risk-to-reward ratio. Beri rasio yang rasional antara resko dengan target keuntungan Anda.

Berbicara TP, Anda perlu melakukan langkah yang ke-3, yaitu menarik fibonacci retracement sekali lagi. Kali ini, tarik fibonacci retracement dari C ke D.

Area TP yang rasional berdasarkan pengalaman kami adalah area 38.2-61.8%. Mengapa?

Karena di area tersebut berpotensi kembali terjadi rebound.

Tips

Jika Anda perhatikan, dari langkah pertama hingga ke-3, ada tiga kali penarikan fibonacci retracement.

Jika ada tiga fibonacci retracement tumpang-tindih, maka kemungkinan besar akan membuat Anda kebingungan.

Maka sebaiknya setelah masuk ke langkah selanjutnya, hapus saja fibonacci retracement yang telah ditarik di langkah sebelumnya.

Kemudian, untuk benar-benar bisa memanfaatkan harmonic pattern, Anda harus memiliki kejelian dalam mengamati pasar plus pemahaman mengenai fibonacci retracement yang memadai.

Pada kenyataannya, harmonic pattern merupakan pola yang cukup jarang bisa ditemui, terlebih jika Anda kurang jeli dan kurang menguasai teknik fibonacci retracement.

Maka dari itu ada baiknya Anda memperkuat pemahaman mengenai fibonacci retracement terlebih dahulu.

Tertarik mencoba?

Kami sarankan untuk mencobanya dulu dalam simulasi jika Anda masih dalam tahap coba-coba dalam belum terlalu yakin dengan strategi ini, apalagi belum terlalu mengerti.

Share :