Tidak semua orang mengerti dengan mudah mengenai trading forex. Orang tersebut perlu memahami efek dari ada kegiatan jual dan beli mata uang di pasar real yang berpengaruh pada pergerakan harga di pasar keuangan. Lalu sering membaca berita seputar ekonomi juga tidak kalah penting. Dolar AS terus menunjukkan dominasinya sepanjang tahun ini. Pada artikel ini, kita akan mencoba menjelaskan hal – hal yang mempengaruhi pergerakan harga di pasar keuangan.
Beberapa waktu belakangan ini Indonesia kembali digoncang pelemahan nilai tukar rupiah. Di bulan lalu tepatnya tanggal 8 Agustus 2022, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih bertengger di kisaran angka 14.700-an. Saat artikel ini disusun, nilai tukar rupiah sudah menyentuh angka 15.400-an terhadap dolar AS. Rupiah terus menerus melemah dan mendekati level seperti ketika awal Covid melanda Indonesia, yakni di kisaran 16.000-an. Sepanjang sejarah, hanya dua kali rupiah pernah menyentuh level tersebut. Yang pertama adalah ketika terjadi krisis ekonomi di tahun 1998. Mengapa rupiah bisa kembali nyaris menyentuh level 16.000-an tersebut?
Kenapa Mata Uang Dapat Bergerak Naik Turun?
Jawaban dari mengapa mata uang bisa naik turun adalah karena ada yang menjual dan membeli mata uang tersebut. Misalnya, sebagai contoh hubungan jual beli antara dolar AS dengan rupiah. Nah, kegiatan tukar menukar antara kedua mata uang akan menyebabkan terbentuknya sebuah harga. Jika permintaan suatu barang tinggi, maka harganya cenderung naik dan begitupun sebaliknya. Prinsipnya sama saja ketika misalnya terjadi kenaikan hewan kurban menjelang Idul Adha, karena di momen tersebut permintaannya sedang tinggi. Mari kembali lagi kepada rupiah. Apabila ada banyak sekali orang yang mau menukar rupiah ke dolar AS maka otomatis permintaan dolar AS jadi tinggi, dan akhirnya menyebabkan dolar AS naik atau menguat. Dalam istilah ekonomi, dolar AS terapresiasi terhadap rupiah.
Sumber gambar: Unsplash
Dari penjelasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa penguatan atau kenaikan dolar AS beberapa waktu terakhir ini disebabkan oleh orang berbondong-bondong menukar rupiah mereka jadi dolar AS. Sekarang mungkin Anda bertanya-tanya, kenapa orang berbondong-bondong menukar rupiah mereka menjadi dolar AS? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, ada beberapa faktor yang membuat orang mau menukar uang mereka menjadi mata uang tertentu. Secara umum, alasan pertama adalah prospek investasi, yang kedua perdagangan ekspor impor, dan yang ketiga adalah konsensus bersama.
Prospek Investasi
Salah satu penyebab orang ingin menukar uangnya adalah karena prospek investasi. Semakin baik suatu negara secara prospek investasi, semakin banyak orang yang ingin menukar uang mereka. Para investor akan memburu mata uang tersebut. Investasi ini bisa dalam berbagai bentuk, seperti berinvestasi di bank dalam bentuk deposito atau simpanan, investasi di sektor riil atau bisnis, investasi di pembangunan infrastruktur, atau investasi di saham dan obligasi. Ketika orang luar negeri berinvestasi di Indonesia bisa dikatakan itu adalah pertanda baik dari sudut pandang ekonomi karena hal itu bisa membantu memutar roda ekonomi di Indonesia. Indonesia berarti dianggap memiliki prospek bisnis yang baik.
Lalu apa saja contoh indikator yang umum dipakai untuk melihat prospek investasi di sebuah negara? Pertama, kestabilan yang ada di negara tersebut contohnya ekonomi dan politik. Coba bayangkan Anda adalah seorang yang sangat kaya dan ingin berinvestasi di sebuah negara. Anda tentu memilih berinvestasi di negara yang aman, stabil, dan pertumbuhan ekonominya baik, bukan? Sebaliknya, siapapun perlu berpikir puluhan kali sebelum menyimpan uang investasi di tempat yang berpotensi dilanda konflik tanpa henti, politiknya kacau balau, atau ada ancaman perang yang besar.
Indikator kedua yang bisa dijadikan acuan adalah suku bunga bank. Mudahnya adalah ketika Anda melihat bunga bank yang besar, apa yang akan Anda lakukan? Cuma simpan uang saja, sudah pasti mendapatkan keuntungan. Secara logika pasti orang mau berinvestasi, kan? Nah begitu juga dengan kondisi yang ada di dunia saat ini. The Fed mengerek terus suku bunganya, otomatis kondisi itu menarik investor untuk kembali memegang dolar AS. Jadi itu sebabnya dolar AS menunjukkan dominasinya hingga saat ini.
Perdagangan Ekspor Impor
Perdagangan impor dan eksporlah yang menjadi alasan seseorang menukar mata uang. Perdagangan adalah hal yang lazim dilakukan oleh tiap-tiap negara. Misalnya, Anda dari Indonesia menjual hasil industri tekstil ke Amerika Serikat, dan Amerika Serikat menjual gadget yang mereka produksi ke negara Indonesia. Bagaimana jika ternyata banyak warga Indonesia yang membeli gadget tersebut dari Amerika Serikat? Dengan kata lain, impor lebih banyak dari ekspor. Ini dapat berakibat buruk terhadap rupiah.
Mengapa demikian? Ketika Anda impor dari Amerika Serikat, tentunya Anda wajib membayarnya dengan USD. Maka saat Anda memiliki rupiah, bank akan mengkonversi rupiah tersebut menjadi USD. Artinya, permintaan USD naik tajam, dan USD meroket tinggi. Kemudian, kalau Anda menjual barang dalam bentuk dolar AS, dan dalam proses transfernya bank mengkonversi dolar AS tersebut menjadi rupiah, maka permintaan rupiah juga akan meningkat. Dalam kasus ini, rupiah cenderung menguat.
Konsensus Bersama
Alasan ketiga mengapa orang menukar mata uangnya adalah karena konsensus bersama. Apa maksudnya? Jadi, dari seluruh mata uang yang ada di dunia, ada mata uang tertentu yang dikategorikan sebagai safe haven currency. Mata uang negara itu disepakati sebagai yang paling kuat, paling stabil, dan relatif aman dalam gejolak ekonomi. Dalam hal ini, salah satu mata uang yang disepakati sebagai safe haven currency adalah dolar Amerika.
Ketika kondisi ekonomi dunia terguncang, banyak orang atau institusi yang tidak ingin mengambil risiko untuk menyimpan kekayaannya di mata uang negara berkembang atau negara kecil karena kestabilan ekonomi dan politiknya bisa terdampak. Apakah ada yang mau menukar uang dari negara yang tingkat inflasinya besar seperti Venezeula atau Zimbabwe?
Di sisi lain, ada banyak komoditas krusial yang secara umum harganya berpatokan pada USD. Komoditas tersebut antara lain minyak, batu bara, dan emas. Hal inilah yang menyebabkan Dolar Amerika Serikat selalu menjadi tempat pelarian yang aman saat ekonomi terguncang. Masih ingat dengan krisis ekonomi di tahun 2008? Meskipun awal mulanya krisis ini disebabkan oleh persoalan kredit macet di Amerika Serikat, namun dolar Amerika tetap saja terapresiasi atau menguat dibanding rupiah dan mata uang lain. Bisa dibayangkan seberapa kuat dolar AS tersebut, karena bahkan kemelut sebesar itu tidak berdampak apa-apa terhadap mata uangnya.
Mengapa Dolar AS Menguat?
Dari tiga poin di atas, Anda tentu sudah bisa menebak alasan kenapa nilai tukar dolar Amerika melambung tinggi beberapa waktu belakangan ini. Pertama, karena penyebaran virus corona mereda dan bank tertinggi di Amerika Serikat mulai mengerek naik suku bunga acuannya. Pandemi covid mereda memberikan keyakinan di benak investor bahwa keadaan di Amerika Serikat akan semakin baik. Hal tersebut dikuatkan juga dengan The Fed yang memompa suku bunga naik. Dengan begini, semakin banyak investor memilih menyimpan dolar AS yang merupakan safe haven currency ketimbang menaruh uangnya di negara berkembang. Alhasil permintaan dolar AS meroket dan USD menguat.
Penyebab kedua menguatnya USD belakangan ini adalah penarikan investasi dari luar negeri. Di tengah situasi ekonomi yang tidak pasti di Indonesia menjelang pemilu 2024, banyak pelaku pasar keuangan yang memutuskan menarik investasinya dari negara kita ini. Mereka pun mengalokasikan uangnya ke instrumen investasi yang relatif lebih aman. Investasi yang ditarik itu ada yang dalam bentuk saham sampai obligasi. Penarikan besar-besaran tersebut sudah pasti membuat rupiah jatuh dan melayangkan pandangannya ke uang safe haven, khususnya ke dolar Amerika. Nah, maka dari itu permintaan USD meningkat, dan USD meroket meninggalkan rupiah yang terpuruk terjerembab ke dasar.
Hubungan Mata Uang Antar Negara dengan Trading Forex
Setelah memahami alur dari cerita – cerita yang sudah dibubuhkan di artikel di atas, seharusnya sangatlah mudah sekali jika kalian mempraktekkan hal ini ke trading forex. Popularitasnya memang tidak bisa disangkal lagi, bisnis ini tidak mengenal goncangan atau tidak dipengaruhi oleh krisis, bisa dijadikan penghasilan tambahan dengan volume rata – rata transaksinya mencapai USD 5 Triliun dalam sehari. Pelaku pasar biasanya menyukai atau lebih memilih mata uang negara besar, karena pemberitaan informasinya juga sangat banyak sekali dan mudah memahami fundamentalnya. Kita bisa mengambil contoh dari Inggris, Jepang, Selandia Baru dan sebagainya. Dengan membaca fundamental yang bisa kita dapatkan dari berita – berita ternama seperti Bloomberg.com atau Reuters perihal negara tersebut, Anda sudah bisa memperkirakan ke mana arah pergerakan harga.
Bak sebuah pasangan, mata uang akan selalu berdampingan atau bisa disebut juga berpasangan. Kita dapat mengambil contoh dari mata uang AUDUSD sebagai salah satu mata dari sekian banyak uang yang popular di pilih oleh para pelaku pasar. Pasangan AUDUSD ini dapat dibaca sebagai “nilai mata uang negara Australia terhadap nilai mata uang Dollar Amerika Serikat.”
Sebagai informasi yang sangat penting, kalian cukup melihat mata uang yang berada di depan sebagai acuan kalian. Sebagai contoh mari kita lihat GBPUSD; mata uang di depannya itu adalah GBP atau bisa dikatakan poundsterling Inggris, sedangkan mata uang di belakangnya adalah USD atau dolar AS. Pada grafik di bawah ini, jika harga atau candlestick tampak bergerak naik, itu artinya poundsterling sedang menguat terhadap dollar AS. Begitupun sebaliknya, jika ternyata harga atau candlestick pada grafik bergerak turun artinya poundsterling sedang berada dalam kondisi melemah terhadap dolar AS. Ternyata cukup mudah ya, untuk memahami pembacaan grafik ini.
Sumber: Metatrader 4
Dalam jenis perdagangan seperti saham atau crypto, untuk memperoleh profit, caranya hanya dengan satu arah atau bisa dikatakan one way opportunity, yakni harus beli dahulu ketika harga terbang baru bisa dijual. Sedangkan dalam trading forex, untuk meraih profit, bisa dilakukan dengan dua arah, atau dengan kata lain disebut two-way opportunity. Dengan kata lain, baik ketika pergerakan harga sedang turun ataupun sedang naik, Anda tetap bisa memanfaatkan peluang untuk meraih profit. Jika Anda memiliki sebuah prediksi yang sudah kalian analisakan bahwa harga akan bergerak naik atau grafik tampak cenderung naik dalam beberapa saat ke depan, artinya Anda dapat mengambil posisi buy atau long. Sedangkan jika menurut analisa Anda dalam beberapa saat ke depan harga akan terjun bebas, maka Anda dapat mengambil posisi sell atau short.
Kita langsung beranjak ke contoh kasusnya agar Anda semakin terbayang. Sebagai contoh, suatu saat Anda ingin melakukan trading forex mata uang poundsterling Inggris terhadap dolar AS, atau biasa disebut GBPUSD. Lalu Anda membaca situasi ekonomi saat ini--atau dengan kata lain Anda sedang melakukan analisa fundamental--yang menyatakan bahwa the Fed yakni bank sentral Amerika Serikat sedang berupaya terus menaikkan suku bunga acuannya demi menahan laju inflasi di negaranya. Hal tersebut membuat para pelaku pasar memilih untuk memegang dolar AS sebagai safe haven currency mereka. Dari kondisi tersebut, dolar AS berarti sedang terapresiasi terhadap poundsterling Inggris. Nah, sekarang coba perhatikan grafik berikut ini.
Sumber: tradingview.com
Jika harga bergerak turun ke bawah, artinya poundsterling sedang dalam kondisi melemah terhadap dolar AS, atau dolar AS sedang dalam kondisi menguat. Jika Anda ingin memanfaatkan peluang trading dengan melakukan trading forex, posisi apakah yang harus diambil? Posisi long atau short? Jawabannya adalah posisi short atau biasa disebut Sell. Dan begitupun sebaliknya, Anda bisa melihat grafik di bawah ini.
Sumber : tradingview.com
Sebagai contoh, misalnya data – data ekonomi Inggris sedang dalam kondisi baik. Secara fundamental hal tersebut bisa membuat harga poundsterling cenderung menguat terhadap dolar AS. Melihat analisa tersebut, kecenderungan pergerakan pasar adalah bergerak naik seperti contoh di atas. Melihat kondisi saat ini, adalah bijaksana untuk Anda sebagai trader untuk melakukan trading forex dengan mengambil posisi beli atau posisi long. Jadi inti sederhana dari trading forex adalah Anda beli mata uang saat harga sedang jatuh lalu jika harga sudah naik ke posisi yang menjadi target Anda, jual segera mata uang itu. Istilahnya, buy low sell high. Mudah diingat, bukan?
Bagaimana Memulai Trading Forex Bagi Pemula?
Untuk ambil posisi trading, pastikan Anda benar-benar paham pola pergerakan harga yang terjadi. Trading forex jika dilakukan tanpa dasar sama saja dengan membeli kucing dalam karung, atau bisa saja dikatakan gambling alias judi. Untuk hasil analisa yang semakin baik, silakan kombinasikan antara teknikal dan fundamental. Anda akan memiliki landasan yang lebih solid dan pasti sebelum memutuskan mau ambil posisi buy atau sell. Terkait analisa teknikal, FOREXimf.com punya segudang ilmu untuk dibagikan. Silakan kunjungi menu Belajar Forex untuk tahu lebih detail tentang analisa teknikal.
Nah, sekarang fasilitas yang disediakan FOREXimf.com telah mempermudah Anda dalam memahami fundamental dan mengaplikasikannya ke dalam trading forex Anda. Anda bisa mulai dengan Edukasi Forex Online yang disediakan untuk Pemula bahkan hingga tingkat Pro. Ketika Anda hendak bergabung untuk trading forex di broker FOREXimf, Anda bisa mendapatkan berbagai kemudahan seperti chat dengan market analyst, fitur QuickPro app, komunitas trader untuk ajang diskusi dan berbagi saran. Selain itu, sebagai nasabah FOREXimf.com Anda juga bisa memperoleh indikator trading yang bisa meningkatkan performa trading Anda. Jika hal tersebut dirasa kurang, Anda juga bisa mendapatkan fasilitas edukasi langsung dengan tim market analyst FOREXimf. Jadi tunggu apa lagi? Segera bergabung dengan FOREXimf dan manfaatkan layanan maksimal dari broker edukasi terbaik di Indonesia. Sampai jumpa di artikel berikutnya!