Risk & Money Management

KELAS PRO

Risk & Money Management

Menerapkan Risk & Money Management

Risk dan Money Management Dalam Trading

Apa hubungan antara risk dan money management dalam trading forex?

Risiko adalah faktor penyerta dari setiap bisnis yang akan selalu dihadapi. Bentuk risiko yang sering dihadapi oleh para pebisnis adalah kerugian. Tidak jauh berbeda dengan bisnis lain yang sedang Anda jalani, dalam trading pun risiko akan tetap ada.

Trading forex merupakan suatu bentuk bisnis yang mengandung potensi risiko yang cukup tinggi. Meskipun risiko tidak bisa kita tiadakan, namun tetap bisa "dikendalikan". Termasuk dibalik risiko Anda bertrading, peluang keuntungan yang ditawarkan pun tak kalah tinggi.

Untuk memaksimalkan peluang keuntungan yang ada dan sekaligus meminimalisir terjadinya risiko, dibutuhkan manajemen risiko atau yang biasa sering dikenal dengan nama "risk management".

Dengan adanya risk management, Anda bisa menerapkan kontrol penuh atas uang yang dimiliki. Sebagai seorang trader, Anda memilih kendali penuh untuk membatasi sampai sejauh mana kerugian yang mungkin akan dialami.

Ingatlah, tidak ada satu orangpun yang bisa menentukan apa yang akan terjadi dalam hidupnya di masa depan, termasuk dalam trading forex. Anda tidak akan pernah tahu keadaan pasar yang akan terjadi di masa depan dan kemana harga akan bergerak.

Oleh karena itu, penting untuk Anda memiliki manajemen risiko yang baik untuk meminimalisir terjadinya kerugian saat trading. Kebanyakan trader pemula melupakan salah satu hal penting ini, dan pada akhirnya kerugian cukup banyak sering trader rasakan.

Dengan demikian, ada baiknya sebagai seorang trader pemula Anda perlu memiliki pengetahuan mengenai risk and money management yang baik untuk membantu memaksimalkan trading Anda.

Lalu teknik seperti apa yang penting untuk diketahui dalam teknik ini?

Saatnya Anda mendapatkan pembelajaran lebih dalam tentang risk dan money management!

1. Risk Management Tools Yang Harus Diketahui

Metode Risk Management

Dalam trading forex, ada 3 metode penting dari Risk Management yang dapat Anda terapkan, yaitu:

  1. Cut loss,
  2. Switching, dan
  3. Averaging.

1.1. Teknik Cut Loss

Metode Cut Loss

Teknik ini dilakukan dengan cara menutup transaksi yang merugi sesegera mungkin dengan tujuan untuk menghindari risiko kerugian yang lebih besar.

Untuk memahami cut loss dengan lebih jelas, Anda bisa memperhatikan ilustrasi di bawah ini.

Risk Management Tools - Cut Loss

Saat itu, Anda memprediksi harga akan turun dan siap untuk melakukan Sell sebanyak 1 lot di level 1.50000. Namun, diluar dugaan harga bergerak naik hingga ke level 1.50500, sehingga Anda mengalami kerugian sebesar -500 pips.

Karena tidak ingin menghadapi risiko kerugian yang lebih besar, maka di level 1.50500 posisi Sell tadi Anda tutup dengan konsekuensi mengalami kerugian sebesar -500 pips.

1.2. Teknik Switching

Metode Switching

Switching dilakukan dengan cara menutup posisi yang rugi dan segera mengambil posisi baru yang searah dengan pergerakan harga selanjutnya. Tujuannya adalah untuk me-recovery kerugian yang diakibatkan oleh posisi transaksi sebelumnya.

Biasanya, teknik ini efektif apabila dilakukan ketika terjadi perubahan arah harga yang cepat dan drastis. Coba perhatikan Ilustrasi di bawah ini:

Risk Management Tools - Switching

Misalkan, Anda membuka posisi sell pada level 1.50000. Tapi ternyata harga bergerak naik hingga di level 1.50500. Di posisi ini, Anda sudah mengalami kerugian sebesar -500 pips.

Jika Anda menganggap bahwa pergerakan harga masih akan naik, maka pada level 1.50500 Anda pun menutup posisi sell tersebut. Kemudian pada saat yang bersamaan Anda pun membuka posisi buy di level 1.50500 tersebut.

Jika ternyata harga benar-benar terus naik hingga ke level 1.51000, maka posisi Anda saat itu akan mendapatkan keuntungan sebesar +500 pips. Itu artinya, kerugian -500 pips akibat posisi sell sebelumnya telah tertutupi.

Perlu diingat untuk melakukan teknik ini, Anda harus dalam posisi yang sudah sangat yakin bahwa pasar akan bergerak cukup kencang.

Karena dengan melakukan teknik ini, Anda membuka satu posisi baru lagi yang tentu dibayangi risiko kerugian jika ternyata pasar berbalik arah lagi. Kematangan analisis dan tingkat kesiapan mental turut mempengaruhi kesuksesan teknik switching ini.

1.3. Teknik Averaging

Metode Averaging

Anda memiliki mental yang kuat dan tidak takut dengan risiko?

Averaging bisa menjadi salah satu teknik yang bisa Anda gunakan. Averaging (atau disebut juga sebagai 'cost-averaging') merupakan teknik manajemen risiko yang cukup ekstrim.

Kenapa disebut ekstrim?

Karena pada dasarnya teknik ini mencoba untuk "melawan" arah pergerakan harga. Ide dasarnya adalah pasar tidak mungkin bergerak ke satu arah saja untuk selamanya.

Risk Management Tools - Averaging

Coba perhatikan ilustrasi di atas.

Pada saat itu, Anda melakukan sell 1 lot di level 1.50000.

Ketika harga bergerak naik hingga ke level 1.50500, bukannya menutup posisi yang rugi tadi, justru Anda menambahkan lagi satu posisi sell sebanyak 1 lot. Pada level ini, kerugian Anda sudah mencapai -500 pips.

Tapi ternyata pada saat itu harga pun kembali naik hingga ke level 1.51000. Sehingga pada level ini total kerugian Anda sudah menjadi -1500 pips.

Kerugian Anda baru akan tertutup jika harga turun kembali hingga ke level 1.50500. Jika di level ini Anda menutup semua posisi sell, maka kerugian Anda akan menjadi nol.

Jika pada saat itu harga turun kembali hingga ke level 1.50000, Anda akan mendapatkan keuntungan sebesar +1500 pips.

Perlu diingat, teknik ini sangat tidak dianjurkan bagi para trader yang memiliki dana minim karena melihat risiko yang ada cukup besar.

1.3.1. Pengembangan Dalam Teknik Averaging

Teknik Averaging

Selain mengetahui tentang Averaging, Anda perlu mengenali tiga teknik yang dikembangkan dari strategi ini yaitu:

  1. Pyramiding,
  2. Martingale, dan
  3. Anti-martingale.

1.3.1.1. Metode Pyramiding

Teknik Pyramiding

Pyramiding merupakan kebalikan dari cost-averaging.

Jika pada cost averaging satu posisi terbuka ditambahkan dengan setiap kali mengalami kerugian, maka dalam pyramiding posisi terbuka tersebut justru ditambahkan setiap kali mendapatkan keuntungan.

Contohnya seperti yang bisa Anda lihat dalam ilustrasi di bawah ini:

Teknik Averaging dengan Pyramiding

Setiap kali Anda mendapatkan keuntungan sebesar 500 pips, maka Anda akan menambah lagi buy sebanyak 1 lot. Ketika harga turun dari level 1.51000 ke 1.50750, total keuntungan Anda masih tersisa 750 pips. Di level ini, Anda bisa menutup seluruh posisi buy saat itu.

Jika harga turun hingga ke level 1.50500, maka seluruh transaksi Anda akan impas.

Teknik ini akan efektif digunakan jika pasar berada dalam keadaan trending. Namun, teknik ini tidak akan efektif bila Anda gunakan jika pasar berada dalam keadaan sideways.

1.3.1.2. Metode Martingale

Teknik Martingale

Jika Anda masih merasa teknik averaging bukanlah teknik yang ekstrim, ini saatnya Anda berkenalan dengan Martingale!

Teknik ini dikenal sangat ekstrim diantara teknik lainnya di kalangan para trader Averaging. Dengan martingale, Anda tidak hanya menambah posisi baru setiap mengalami kerugian namun juga melipatgandakan jumlah transaksinya.

Teknik Averaging dengan Martingale

Dalam ilustrasi di atas, terlihat di mana Anda menambah posisi sell sebanyak dua kali posisi sebelumnya setiap kenaikan 500 pips.

Seandainya harga masih naik ke 1.51500, maka Anda akan menambah posisi Sell sebanyak 8 Lot. Pada ilustrasi tersebut, diperlihatkan bahwa keuntungan diperoleh ketika harga kembali ke 1.50500.

Berbeda dengan teknik pyramiding, teknik ini justru lebih efektif jika digunakan pada saat pasar dalam keadaan cenderung sideways.

Namun, adanya peningkatan jumlah lot pada setiap posisi akan berakibat meningkatnya risiko. Oleh karena itu, Anda perlu berhati-hati dan melakukan perhitungan dengan benar. Jika tidak, bisa jadi kemungkinan modal yang Anda miliki bisa hilang dalam sekejap.

1.3.1.3. Metode Anti-martingale

Teknik Anti-martingale

Anti-martingale cukup mirip dengan teknik pyramiding. Hanya saja jumlah transaksinya dapat dilipatgandakan setiap penambahan keuntungan. Teknik ini juga akan lebih efektif jika digunakan pada saat pasar dalam keadaan trending.

Untuk lebih lengkapnya, Anda bisa melihat ilustrasi di bawah ini:

Teknik Averaging dengan Anti-Martingale

Penting untuk terus memperhatikan pergerakan harga, jangan sampai berbaliknya arah membuat keuntungan yang sudah Anda kumpulkan berubah menjadi loss.

Sampai di sini, apakah Anda sudah cukup paham dengan risk management ini?

Jika sudah, sekarang saatnya bagi Anda untuk mempelajari lebih lanjut mengenai money management yang tidak kalah pentingnya!

2. Menentukan Money Management

Pentingnya Money Management Dalam Trading Forex

Mengingat tingginya risiko yang akan Anda hadapi di pasar, maka penting bagi Anda untuk memiliki strategi pengelolaan dana dengan tepat.

Money management menjadi salah satu faktor penting dalam trading forex yang berkaitan dengan pengendalian risiko. Ada banyak cara yang bisa Anda lakukan dalam mengelola uang, namun kuncinya tetaplah pembatasan risiko.

Lalu, apa saja metode manajemen modal yang bisa Anda terapkan?

2.1 Besarnya Risiko Per Trade

Besar risiko per trade dapat diukur dengan nilai uang, bukan dengan pips, dan biasanya ditentukan dalam persentase dari modal atau balance dalam account trading Anda.

Anggap Anda memiliki dana sebesar $10,000 di akun tradingnya. Lalu, Anda menetapkan risiko maksimal untuk setiap transaksi sebesar 5% per trade-nya.

Ini artinya, kerugian maksimal yang mungkin akan Anda derita pada setiap transaksi adalah sebesar 5% x $10,000 = $500.

Dengan kata lain, risiko untuk setiap transaksi yang Anda lakukan tidak boleh lebih dari $500. Seandainya transaksi pertama Anda mengalami kerugian, maka dana yang dimiliki masih tersisa sebesar $9,500.

Namun, jika Anda ingin melakukan transaksi lagi dengan pembatasan risiko 5% per trade, maka risiko maksimum untuk transaksi selanjutnya adalah sebesar 5% x $9,500 = $475

...dan begitupun seterusnya.

Pembatasan risiko sebesar 5% itu berdasarkan modal terakhir yang dimiliki. Oleh karena itu, ada baiknya Anda juga membatasi risiko maksimum dari modal yang dimiliki.

Contohnya dengan dana $10,000, Anda membatasi risiko sebesar 50%. Maka sebaiknya Anda berhenti trading, atau melakukan evaluasi jika Anda mengalami kerugian hingga $5,000.

Model money management yang dijelaskan pada contoh di atas bisa Anda sederhanakan dengan menggunakan tabel sebagai berikut:

Modal awal : $10,000
Risiko maksimum dari modal awal : $5,000 (50% dari modal awal)
Risiko per trade : 5%

Misalkan transaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

Trade Loss (USD) Balance (USD)
1 500.00 9500.00
2 475.00 9025.00
3 451.25 8573.75
4 428.69 8145.06
5 407.25 7737.81
6 386.89 7350.92
7 367.55 6983.37
8 349.17 6634.20
9 331.71 6302.49
10 315.12 5987.37
11 299.37 5688.00
Total 4312.00 (Loss)

Berdasarkan manajemen modal diatas, Anda memiliki peluang untuk melakukan 11 kali transaksi sebelum mencapai risiko 50% dengan asumsi bahwa ke-11 transaksi tersebut loss semua. Masing-masing kerugian sebesar 5% dari balance terakhir.

3. Pahami Risk-to-Reward Ratio

Memahami Risk-to-Reward Ratio

Risk/Reward Ratio adalah perbandingan antara besarnya risiko (Stop Loss) dan besarnya target profit (Reward) yang Anda terapkan.

Jika Anda menetapkan batasan risiko sebesar 5% seperti contoh di atas, maka sebaiknya target profit tidak lebih kecil daripada alokasi risikonya. Jika risiko per transaksi sebesar 5%, maka Anda bisa menargetkan profit sekitar 6% atau 10%.

Sama halnya dengan risiko, untuk menetapkan target profit tidak ada ketentuan bakunya. Boleh saja jika Anda hanya menargetkan profit sebesar 5%.

Namun yang perlu diingat, jangan sampai risiko menjadi lebih besar daripada peluang yang Anda miliki. Dengan kata lain, tidaklah bijaksana jika Anda menargetkan keuntungan hanya 4% sementara risiko Anda sebesar 5%.

Perbandingan antara risiko dengan potensi keuntungan ini biasa disebut dengan istilah "risk/reward ratio." Jika risiko transaksi anda 5% namun target keuntungan 10%, maka risk/reward ratio nya adalah 1:2.

Hal penting yang harus dipahami dalam bagian mempelajari money management ini adalah menentukan besarnya risiko terlebih dahulu, sebelum akhirnya menghitung profit yang nantinya Anda peroleh.

4. Penerapan Win-Loss Ratio

Pelajari Win-Loss Ratio

Tidak ada analisa yang selalu tepat. Pasti akan ada saat di mana prediksi Anda meleset dan sangat mungkin untuk mengalami kerugian.

Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk memiliki sistem trading yang sudah dipelajari dan dikuasai dengan matang. Usahakan sistem trading yang Anda gunakan sudah terbukti profitable, dengan kata lain sistem tersebut memiliki tingkat akurasi yang dapat diukur melalui win-loss ratio.

Win-loss ratio merupakan perbandingan antara transaksi profit dengan transaksi yang merugi.

Untuk lebih lengkapnya, Anda bisa perhatikan contoh di bawah ini.

Sistem trading Anda menghasilkan lima kali profit dan lima kali loss dalam 10 kali transaksi berturut-turut. Ini artinya, bahwa sistem trading yang Anda gunakan memiliki win-loss ratio 1:1.

Tentu saja, win-loss ratio 2 : 1 lebih baik daripada 1 : 1.

Namun perlu disadari, bahwa akurasi bukanlah segalanya dalam trading. Dengan bantuan money management dan risk/reward ratio yang baik, win-loss ratio 1:1 pun masih bisa menghasilkan akumulasi profit.

Kenapa bisa demikian?

Mari kita lihat skenario yang disajikan tabel di bawah ini:

Modal Awal : $10,000
Risiko Maksimum dari Modal Awal : $5,000 (50% dari modal awal)
Risiko per trade : 5%
Target profit per trade : 6%

Misalkan transaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

Trade P/L (USD) Balance (USD)
1 -500.00 9500.00
2 -475.00 9025.00
3 541.50 9566.50
4 573.99 10140.49
5 -507.02 9633.47
6 578.01 10211.47
7 -510.57 9700.90
8 -485.04 9215.85
9 552.95 9768.81
10 480.00 10248.81
Total 248.81 (Profit)

Sebagai catatan, risiko per trade sebesar 5% di atas adalah angka maksimum. Bisa saja nantinya transaksi yang Anda lakukan hanya mengalokasikan risiko sebesar 4% atau lebih kecil lagi, tergantung pada situasi pasar atau kekuatan sinyal yang muncul dari sistem trading Anda.

Nah, pertanyaannya sekarang mungkin adalah: "berapa lot per trade?"

4.1. Besarnya Ukuran Lot Per Trade

Dengan position sizing, besar risiko dalam nilai akan selalu sama, termasuk berapapun besar stop loss (risiko dalam pip) yang Anda tentukan. Untuk itu, Anda perlu kembali lagi ke money management yang telah ditetapkan sebelumnya.

Untuk memberikan gambaran pada Anda mengenai besarnya Lot per trade ini, Anda bisa memperhatikan kembali skenario yang ada di bawah ini:

Anda memiliki modal sebesar $10,000 dengan batasan risiko per transaksi adalah 5% ($500). Lalu sistem trading Anda menunjukkan sinyal buy atau sell, dengan batasan stop loss berdasarkan analisis teknikal (support/resistance) sejauh 50 pips dari level entry.

Dengan asumsi bahwa 1 pip adalah setara dengan $1 (mini account), artinya stop loss sebesar 50 pips tersebut senilai dengan $50.

Padahal, risiko per transaksi yang sudah Anda terapkan adalah sebesar $500 (5% dari $10,000). Dengan demikian, Anda bisa melakukan transaksi sebanyak 10 lot mini account.

Perhitungan: USD 500 : 50 USD = 10 lot

Hal Penting yang Perlu Anda Ingat!

Money Management dapat berjalan dengan baik jika Anda menguasai strategi trading. Keduanya merupakan komponen utama dalam trading plan yang harus dijalankan secara bersamaan.

Belajar memaksimalkan money management saja tidak akan cukup jika Anda belum mampu menerapkannya secara disiplin. Money management akan berjalan baik hanya jika Anda telah menguasai dan yakin dengan strategi trading yang digunakan.

Dengan memahami itu semua, maka profit yang ditargetkan pun akan dapat tercapai secara konsisten dalam jangka panjang!

 

Belajar Forex