- Harga minyak melonjak di atas 87 USD per barrel karena dollar AS melemah
- Pelemahan dollar AS ditopang ekspektasi hawkish the Fed yang mulai memudar
- Ekonomi AS yang melambat membuat pelaku pasar menurunkan ekspektasi laju kenaikan suku bunga pada bulan Desember
- Analis memperkirakan harga minyak akan naik dalam beberapa bulan mendatang karena larangan impor Uni Eropa
- Fokus pelaku pasar kini beralih ke data GDP kuartal ketiga AS yang akan rilis malam ini
Harga minyak melonjak hampir 3% kemarin karena didukung oleh melemahnya nilai tukar dollar AS. Harga minyak sempat menyentuh angka 88.46 namun akhirnya koreksi dan sekarang diperdagangkan sekitar 88.16.
Melemahnya nilai tukar dollar AS ditopang oleh melemahnya ekspektasi hawkish the Fed. Melambatnya ekonomi AS saat ini membuat pelaku pasar khawatir the Fed tidak akan menurunkan laju suku bunga sejak Desember.
Minggu ini, data industri jasa dan kepercayaan konsumen AS turun dibawah ekspektasi. Hal ini menandakan perlambatan ekonomi yang terdampak oleh kenaikan suku bunga the Fed.
Industri jasa AS turun ke 46.6, lebih rendah daripada ekspektasi 49.6 sedangkan angka kepercayaan konsumen juga mengalami penurunan ke 102.5, lebih rendah daripada ekspektasi 105.9.
Meskipun demikian, pelaku pasar tetap optimis terhadap kenaikan suku bunga the Fed minggu depan. Hal ini terlihat dari pembacaan Fedwatch tool dari CME yang menunjukkan peluang sebesar 92.5% untuk kenaikan 75 basis poin.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak termasuk Rusia yang sering disebut OPEC+ mengejutkan market awal bulan ini dengan melakukan kesepakatan untuk memangkas produksi untuk menstabilkan harga minyak yang terus turun. Hal ini menimbulkan gejolak di market dan mengundang reaksi keras dari AS.
AS terus berusaha mencapai tujuannya untuk membatasi harga minyak dan mengeluarkan minyak cadangannya lebih banyak untuk menurunkan harga minyak. Namun tampaknya hal tersebut kurang berpengaruh terlihat dari harga minyak yang sempat turun sedikit ke 81.00 namun akhirnya naik kembali ke 88.00.
Para analis memperkirakan pasokan minyak akan sangat ketat dalam beberapa bulan mendatang karena berlakunya larangan impor minyak Rusia oleh Uni Eropa. Larangan ini dapat menekan persediaan minyak sehingga akan meningkatkan harga minyak.
Fokus pelaku pasar kini beralih ke data GDP kuartal ketiga AS yang akan rilis malam ini. GDP kuartal ketiga AS diperkirakan naik dari -0.6% ke 2.3%.
Ingin berita dan insight yang lebih powerful?
Miliki berita dan data fundamental yang lebih tajam, insight yang lebih powerful dan trading toolbox yang lengkap dengan berbagai fasilitas ekslusif khusus untuk membantu memaksimalkan hasil trading Anda