- Harga minyak turun ke bawah 92 USD per barrel
- Penurunan ini ditopang oleh aksi profit taking investor yang khawatir tentang perlambatan ekonomi di China
- Perlambatan ekonomi di China dapat menurunkan permintaan minyak mentah ke negara ini
- Meskipun demikian, para analis bank tetap berpandangan positif terhadap kenaikan harga minyak dalam jangka menengah
Harga minyak turun sejak sesi Asia karena investor melakukan taking profit setelah rilis laporan perlambatan ekonomi di China yang merupakan importer minyak no. 1 di dunia.
Harga minyak turun hingga ke bawah 92 USD per barrel setelah sempat mencapai 93.44 USD per barrel. Minyak sudah naik selama 5 hari berturut-turut sejak senin pekan lalu terdampak isu OPEC+ yang akan memotong produksi minyak 2 juta barrel per hari.
Aktifitas jasa di China berkontraksi pada bulan September untuk pertama kalinya selama 4 bulan terdampak oleh pembatasan COVID-19. Para investor khawatir permintaan minyak dari China menurun karena perlambatan ini.
Perlambatan ekonomi di China ini menambah kekhawatiran global terhadap risiko resesi karena bank masih terus menaikkan suku bunga. Inflasi belum berakhir dan kenaikan suku bunga diproyeksikan akan terus berjalan sampai tahun 2023.
Analisa di beberapa bank dan broker telah menaikkan ekpektasi kenaikan harga minyak brent lebih dari $100 dalam beberapa bulan kedepan. Meskipun terjadi pemangkasan sesuai kesepakatan OPEC+ sebelumnya, namun pihak Aramco Saudi mengatakan tetap mempertahankan volume penuh setidaknya pada 5 pelanggan.
Hal ini menunjukkan adanya sedikit perubahan dalam pasokan minyak fisik untuk pembeli minyak mentah dari Arab Saudi.
Ingin berita dan insight yang lebih powerful?
Miliki berita dan data fundamental yang lebih tajam, insight yang lebih powerful dan trading toolbox yang lengkap dengan berbagai fasilitas ekslusif khusus untuk membantu memaksimalkan hasil trading Anda