- Minyak mentah masih tertekan karena pasar masih mengantisipasi kenaikan suku bunga oleh Fed yang bisa mempengaruhi permintaan akan minyak mentah.
- Bank of Canada secara mengejutkan kemarin menaikkan suku bunga sebesar 100 basis point.
- Komisi Eropa memangkas proyeksi GDP untuk tahun 2022 dan 2023 karena dampak perang di Ukraina, naiknya harga-harga, dan risiko kekurangan bahan bakar di musim dingin.
- Pemberitaan mengenai kasus baru COVID-19 di Cina juga turut menekan harga minyak.
Harga minyak mentah masih tertekan di hari Kamis (14/7/2022) karena pasar masih meyakini Federal Reserve (Fed) akan menaikkan suku bunga untuk mengatasi inflasi yang masih mengkhawatirkan, sehingga hal tersebut mempengaruhi permintaan akan minyak.
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus terpantau melemah 0,4% di kisaran $96.13 pada pukul 08.42 WIB, meskipun kemarin sempat menguat ke area $97.94 per barel.
Fed diperkirakan berusaha mengendalikan inflasi yang mencapai level tertinggi dalam 40 tahun dengan kenaikan suku bunga sebesar 100 basis point bulan ini, setelah laporan data inflasi kemarin memperlihatkan bahwa harga-harga mengalami kenaikan.
Sementara itu Bank of Canada kemarin juga menaikkan suku bunga sebesar 100 basis point untuk mengatasi inflasi, mengejutkan pasar dengan menjadi negara anggota G7 pertama yang mengambil langkah seagresif itu.
Komisi Eropa juga memprediksi rekor inflasi dan memangkas perkiraan GDP mereka untuk tahun 2022 dan 2023 sebagai akibat dari perang yang terjadi di Ukraina, menurunnya permintaan akibat naiknya harga, dan risiko kekurangan bahan bakar saat musim dingin, demikian dilaporkan oleh Bloomberg News.
Pasar juga memburu dolar yang sering juga dianggap sebagai aset safe-haven. Indeks dolar berkali-kali mencetak level tertinggi 20 tahun yang membuat minyak menjadi semakin mahal bagi pembeli yang memiliki uang selain USD.
Kekhawatiran kasus COVID-19 di beberapa kota di Cina juga menekan harga minyak mentah. Impor minyak mentah harian Cina di bulan Juni turun ke level terendah sejak Juli 2018, karena pasar mengantisipasi lockdown.
Sementara itu, presiden AS, Joe Biden, akan terbang ke Arab Saudi esok, di mana ia akan menghadiri pertemuan dengan sekutu-sekutunya di kawasan Teluk dan akan meminta mereka untuk memproduksi lebih banyak minyak.
Ingin berita dan insight yang lebih powerful?
Miliki berita dan data fundamental yang lebih tajam, insight yang lebih powerful dan trading toolbox yang lengkap dengan berbagai fasilitas ekslusif khusus untuk membantu memaksimalkan hasil trading Anda