- Harga minyak rebound karena risiko pasokan yang masih membayangi kekuatiran pasar
- Namun kenaikan minyak tertahan di tengah kekhawatiran melambatnya permintaan bahan bakar dari China
- Pelaku pasar tetap waspada terhadap perkembangan baru dalam konflik di Timur Tengah
Harga minyak sempat rebound karena risiko pasokan yang masih ada, meskipun kenaikan terbatas di tengah kekhawatiran melambatnya permintaan bahan bakar di negara importir minyak mentah utama Tiongkok setelah data aktivitas pabrik yang lebih lemah dari perkiraan.
minyak mentah berjangka AS diperdagangkan 0,7% lebih tinggi pada $82,88 per barel, sedangkan kontrak Brent naik 0,7% menjadi $86,92 per barel.
Pasar minyak mentah mengalami penurunan besar pada awal minggu ini, dengan harga acuan anjlok hampir 3%, akibat kegagalan perang Israel-Hamas yang meluas di wilayah kaya minyak, yang mengakibatkan para pedagang memperkirakan premi risiko yang lebih rendah untuk minyak mentah.
Pecahnya perang telah menimbulkan kekhawatiran bahwa hal ini dapat menarik kekuatan Timur Tengah lainnya dan mengganggu pasokan minyak di wilayah tersebut meski kekhawatiran itu belum terwujud.
Namun para pedagang tetap waspada terhadap perkembangan baru dalam perang tersebut, terutama ketika Israel melancarkan serangan darat besar-besaran di Gaza.
Namun, wilayah ini bukan satu-satunya wilayah di mana terdapat ketidakpastian mengenai pasokan minyak mentah. Yang juga penting bagi pasar adalah perkembangan di Venezuela.
Baru-baru ini, AS memutuskan untuk meringankan sanksi terhadap Venezuela sebagai imbalan atas janji pemilu yang lebih adil pada tahun 2024. Namun, dalam semalam, pengadilan senior di negara tersebut menangguhkan hasil pemilihan pendahuluan presiden oposisi yang berlangsung bulan ini, meskipun terdapat kesepakatan pemilu antara Venezuela dan Venezuela.