- Minyak mentah ditutup menguat karena Arab Saudi diperkirakan tidak akan menambah produksi dalam waktu dekat.
- Pasar meragukan kemampuan kapasitas produksi OPEC untuk menambah produksi.
- Kekhawatiran resesi, potensi kenaikan suku bunga Fed sampai 100 bps, hingga kasus baru COVID-19 di Cina turut membebani harga minyak.
Harga minyak mentah ditutup menguat 2,5% di hari Jumat (15/7/2022) setelah pejabat di pemerintahan Amerika Serikat (AS) menyampaikan kepada Reuters bahwa Arab Saudi tidak diharapkan bisa menambah produksi dalam waktu dekat. Selain itu pasar juga bertanya-tanya apakah OPEC memiliki kapasitas yang cukup untuk menambah produksi.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) ditutup di area $97.70 Jumat lalu, setelah sempat menguat ke area $99.01 per barel. WTI mengalami pelemahan mingguan yang terbesar dalam sekitar sebulan, faktor utamanya adalah kekhawatiran bahwa resesi akan mengurangi permintaan minyak mentah.
Presiden AS, Joe Biden mendarat di Jeddah Jumat lalu, dan telah diperkirakan sebelumnya bahwa beliau akan meminta Arab Saudi untuk memproduksi lebih banyak minyak. Tetapi AS tidak berharap banyak bahwa Saudi akan memenuhi permintaan itu dalam waktu dekat dan menantikan hasil pertemuan OPEC+ di tanggal 3 Agustus mendatang, demikian yang disampaikan salah seorang pejabat AS kepada Reuters.
Komentar tersebut keluar pada saat kapasitas produksi anggota-anggota Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) saat ini sedang rendah. Meskipun demikian, AS bisa saja membuat komitmen bahwa OPEC akan menambah produksi di bulan-bulan mendatang dengan harapan akan bisa menambah pasokan pasar jika diperlukan.
Selain itu kekhawatiran bahwa Federal Reserve (Fed) akan menaikkan suku bunga sebesar 100 basis point di bulan ini, serta lemahnya data ekonomi, telah membuat harga WTI melemah lebih dari $5 per barel di hari Kamis (14/7/2022), di bawah harga penutupan 23 Februari di hari sebelum Rusia menyerang Ukraina.
Sentimen pelemahan minyak juga dipengaruhi oleh kasus-kasus baru COVID-19 di Cina, yang telah menghambat pemulihan ekonomi di Negeri Tirai Bambu tersebut.
Ingin berita dan insight yang lebih powerful?
Miliki berita dan data fundamental yang lebih tajam, insight yang lebih powerful dan trading toolbox yang lengkap dengan berbagai fasilitas ekslusif khusus untuk membantu memaksimalkan hasil trading Anda