- Sterling menguat di atas 1.1600 ditopang melemahnya dollar AS
- Dollar AS melemah karena sentimen hawkish mereda disebabkan ekonomi AS melambat
- Pasar memperkirakan laju kenaikan suku bunga mulai turun sejak Desember mendatang
- Sterling menguat juga didorong sentimen positif PM Inggris yang baru
- Fokus pelaku pasar kini beralih ke data GDP kuartal ketiga AS yang akan rilis sebentar malam
Dollar AS merosot lebih dari 1% karena data ekonomi AS yang melemah. Data industri jasa AS dan kepercayaan AS menunjukkan angka yang lebih rendah daripada ekspektasi.
Industri jasa AS turun ke 46.6, lebih rendah daripada ekspektasi 49.6 sedangkan angka kepercayaan konsumen juga mengalami penurunan ke 102.5, lebih rendah daripada ekspektasi 105.9. Hal ini menunjukkan market yang mulai melambat sehingga pelaku pasar mulai khawatir.
Penurunan dollar AS terjadi karena imbal hasil treasury AS 10-tahun terus turun dari harga tertinggi minggu lalu di 4.338%, dan terakhir turun empat basis poin ke 4.103%.
“Secara umum dollar AS melemah lebih lanjut namun penurunan imbal hasil treasury AS tampaknya mencerminkan ekpektasi terhadap the Fed minggu depan’ kata Derek Holt, kepala pasar modal di Scotia Economics.
Laju agresif kenaikan suku bunga the Fed tahun ini yang bertujuan menurunkan inflasi membuat dollar AS terdorong sangat kuat. Trader dan ekonom memperkirakan kenaikan suku bunga 75 basis poin yang keempat berturut-turut pada Kamis depan.
Namun, muncul spekulasi yang berkembang bahwa the Fed akan melambat menjadi 50 basis poin pada bulan Desember. Spekulasi ini didukung oleh data ekonomi AS yaitu harga rumah AS merosot pada bulan Agustus karena lonjakan suku bunga hipotek yang melemahkan permintaan.
Data penjualan rumah untuk keluarga tunggal baru (new single-family homes) AS bulan September jatuh lebih rendah daripada bulan sebelumnya dan hal ini mendukung pandangan the Fed akan mulai memperlambat laju kenaikan suku bunganya.
Meskipun demikian, pelaku pasar tetap optimis awal November minggu depan the Fed akan menaikkan suku bunga 75 basis poin. Hal ini terlihat dari pembacaan Fedwatch tool dari CME yang menunjukkan peluang the Fed menaikkan suku bunga 75 bps sebesar 92.5%.
Disisi lain, sterling mencapai harga tertinggi sejak 13 September lalu. Sterling melonjak lebih dari 1% dan sempat menyentuh 1.16300 namun koreksi dan saat ini diperdagangkan sekitar 1.16080.
Penguatan ini ditopang oleh dollar AS yang melemah dan sentimen positif naiknya perdana menteri Inggris yang baru Rishi Sunak. Sunak diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan ekonomi dan politik yang saat ini menyelimuti Inggris.
Sunak menghadapi ekonomi yang menghadapi resesi pada saat bank sentral Inggris (BoE) menaikkan suku bunga untuk menurunkan inflasi yang sudah mencapai dua digit. Pertumbuhan ekonomi yang rendah dan meningkatnya biaya pinjaman telah memperburuk kondisi keuangan.
Pemerintah Inggris sedang menyusun pemotongan pengeluaran dan pemotongan pajak seperti halnya kenaikan biaya hipotek, makanan, bahan bakar dan pemanas untuk menekan biaya rumah tangga yang terus meningkat. “Saya telah jujur. Kami harus mengambil keputusan sulit untuk memulihkan stabilitas dan kepercayaan ekonomi” kata Sunak kepada Parlemen.
Fokus pelaku pasar kini beralih ke data GDP kuartal ketiga AS yang akan rilis sebentar malam. GDP kuartal ketiga AS diperkirakan naik dari -0.6% ke 2.3%.
Ingin berita dan insight yang lebih powerful?
Miliki berita dan data fundamental yang lebih tajam, insight yang lebih powerful dan trading toolbox yang lengkap dengan berbagai fasilitas ekslusif khusus untuk membantu memaksimalkan hasil trading Anda