- Harga minyak mentah ditutup menguat kemarin, pelaku pasar menantikan keputusan G7 yang kemungkinan akan menambah kekhawatiran pasokan minyak.
- OPEC+ diperkirakan akan tetap menjalankan keputusan untuk meningkatkan produksi untuk mengendalikan kenaikan harga minyak.
- Libya dan Ekuador menambah kekhawatiran karena menghentikan produksi minyak di tengah kerusuhan yang terjadi di kedua negara tersebut.
Harga minyak mentah ditutup menguat pada perdagangan kemarin (Senin, 27/6/2022), menutup perdagangan yang fluktuatif karena para pelaku pasar menantikan langkah-langkah antisipasi terkait ekspor minyak dan gas Rusia yang mungkin akan diputuskan dalam pertemuan pemimpin negara-negara G7 di Jerman.
Minyak mentah West Texas Intermediate ditutup menguat 1,8% di area 109.74 dolar per barel.
Kekhawatiran akan kekurangan pasokan menghantui pasar, karena pemerintahan negara-negara Barat mencari cara untuk membatasi ruang gerak Rusia untuk mendanai perang mereka di Ukraina. Para pemimpin G7 juga tengah membicarakan kemungkinan pembaruan kesepakatan nuklir Iran, yang mungkin akan berujung pada peningkatan ekspor minyak dari negara anggota OPEC tersebut.
G7 kemarin bertekad untuk membela Ukraina “selama yang diperlukan”, berjanji untuk terus menekan Rusia dengan menjatuhkan sanksi-sanksi baru termasuk usulan untuk membatasi harga minyak Rusia.
“Menurut saya jika mereka mau membatasi harga untuk penjualan dan pembelian minyak Rusia, sulit bagi saya untuk membayangkan bagaimana hal itu akan diterapkan, mengingat Cina dan India sudah menjadi konsumen minyak Rusia yang terbesar,” kata Andrew Lipow, konsultan minyak di Houston.
Di pekan lalu, minyak mentah ditutup melemah seiring kenaikan suku bunga oleh bank-bank sentral dan ketakutan akan resesi. Kekhawatiran akan terjadinya resesi dan kemungkinan kenaikan suku bunga lanjutan telah memicu fluktuasi dan pengalihan risiko di pasar berjangka.
Reuters menyebutkan bahwa OPEC dan beberapa negara produsen minyak non-anggota OPEC, termasuk Rusia, yang dikenal dengan sebuta OPEC+, kemungkinan besar akan tetap menjalankan rencana untuk meningkatkan produksi di bulan Agustus. Kesepakatan itu kemungkinan besar akan ditegaskan dalam pertemuan mereka esok.
Laporan dari Reuters juga menyebutkan bahwa OPEC+ juga memangkas proyeksi surplus minyak di tahun 2022 sebesar 1 juta barel per hari, turun dari angka sebelumnya yaitu 1,4 juta barel per hari.
Sementara itu Libya yang juga anggota OPEC kemarin mengatakan bahwa mereka kemungkinan akan menghentikan ekspor dari Teluk Sirte dalam 72 jam karena kerusuhan yang terjadi telah menghambat produksi.
Menambah kekhawatiran akan pasokan, Ekuador juga mengatakan bahwa mereka akan mengehentikan smeentara produksi minyak dalam 48 jam di tengah gelombang protes anti pemerintah yang telah menyebabkan setidaknya enam korban meninggal dunia.
Ingin berita dan insight yang lebih powerful?
Miliki berita dan data fundamental yang lebih tajam, insight yang lebih powerful dan trading toolbox yang lengkap dengan berbagai fasilitas ekslusif khusus untuk membantu memaksimalkan hasil trading Anda