4 Fase Perjalanan Seorang Forex Trader. Anda Dimana?

4 FASE PERJALANAN SEORANG FOREX TRADER. DIMANA POSISI ANDA SAAT INI?

09 May 2019 in Blog - by Eko Trijuni

Kali ini saya ingin mengangkat tema yang ringan saja.

Trader forex tidak harus tiap hari mengerutkan kening karena melulu memikirkan strategi. Sesekali kita bahas topik yang santai saja.

Intermezzo boleh dong? ðŸ™‚

Kira-kira, sudah berapa lama Anda trading?

Seminggu?
Sebulan?
Setahun?

Atau lebih dari satu tahun?
Apa yang pernah, atau sedang Anda rasakan saat ini?

Disini saya ingin berbagi pengalaman mulai dari awal saya trading forex di tahun 2005.

Ada beberapa fase ketika forex trading mulai merasuki kehidupan saya, dan mungkin Anda pun mengalaminya.

Fase 1: Mendekati 4 Bulan Pertama

Di fase ini, Anda merasa sangat bersemangat. Biasanya justru di fase ini keuntungan dari trading bisa Anda dapatkan dengan relatif mudah. (aneh ya?)

Bahkan akhir pekan merupakan saat yang menyedihkan, karena pada hari Sabtu dan Minggu pasar tutup.

Itu artinya tiada pips dalam dua hari tersebut, yang artinya juga tiada dollar yang masuk ke rekening Anda.

Kalau ada pemeo berbunyi “I hate Mondays”, justru Anda memiliki jargon “I hate weekends”.

Begitu hari Senin tiba, Anda bangun pagi dengan wajah berseri-seri. Ready to rumble!

Obrolan Anda setiap hari pun tidak jauh dari hal-hal berbau trading.

Di setiap kesempatan, bertemu dengan siapa pun, Anda berupaya untuk menggiring topik percakapan ke arah trading.

Status-status Facebook atau Twitter tiap hari juga seperti itu, dilampiri screenshot chart lengkap dengan level entry yang tengah floating profit, berhias status semacam ini;

“Lanjut atau close yaaa…?”

atau, “Lumayan nih buat beli cendol.”

atau diberi bumbu relijius seperti,
“Alhamdulillah hari ini bisa wihtdraw lagi.”

Ya, semacam itulah. Istilah saya, lagi genit-genitnya trading 🙂

Fase 2: Beberapa Bulan Kemudian…

Berbeda dengan fase pertama, di fase ini biasanya kerugian demi kerugian mulai menghampiri.

Biasanya juga, trader pemula (termasuk saya dulu) mulai rajin menggunakan locking.

Ini mungkin bisa juga disebut fase “pusing tujuh keliling”.

Karena kerugian yang di-locking itu biasanya berlanjut selama berhari-hari, dan bahkan mungkin bisa sampai berbulan-bulan), tidak jarang sampai semua itu terbawa ke dalam mimpi.

Bisa jadi Anda terbangun di tengah malam karena mimpi buruk, melihat locking­-an tiba-tiba sudah terbuka tetapi minus-nya jadi makin besar.

Atau bahkan ketika baru memejamkan mata ketika akan tidur, yang terbayang di pelupuk mata adalah,

running price. 1.0334… 1.0330… 1.0300… 1.0100…
“Lho, lho… kok makin turun? Masih ada buy di atas nih…!”

Akhirnya tidak jadi tidur, balik ke meja komputer dan memelototi chart.

Di fase ini, biasanya mata akan lebih bengkak daripada biasanya. Wajah pun bisa jadi lebih pucat, seakan menanggung beban hidup yang teramat berat.

Oh ya, di fase ini biasanya seseorang akan menjadi lebih relijius. Ia akan lebih banyak berdoa pada Tuhan, dan doanya semakin gencar ketika lagi loss.

Apalagi mereka yang kebetulan mengelola modal orang lain.
Bila perlu sampai nangis bombay. 🙂

Fase 3: To Be or Not To Be

Fase ini menentukan masa depan karir trading seseorang.
Entah dia berhenti, atau lanjut.

Kalau berhenti, biasanya karena kapok atau memang uangnya sudah habis. Kalau lanjut, biasanya karena ia masih penasaran ingin berhasil dalam trading forex, atau karena memang sudah mendapatkan “ilmu” yang memadai. Intinya sudah belajar lebih baik lagi lah.

Kalau berhenti, ya sudah, kisahnya berakhir sampai di sini.
Kalau lanjut, berarti masuk ke fase selanjutnya.

Fase 4: Show Must Go On

Di fase ini ada dua jenis trader:

  1. Trader yang bebal, dan
  2. Trader yang sudah belajar.

Kalau jenis yang bebal, ia terus melanjutkan trading forex karena memang penasaran, dan uang lebih-nya masih banyak.

Trader dengan golongan jenis ini tidak usah kita bahas-lah.

Adapun yang golongan well-educated trader, ia merasa sudah mantap menjadi trader karena sudah banyak belajar. Entah itu full-time atau part-time trader, pokoknya trader.

Di fase ini, Anda justru sudah tidak terlalu sering berbicara tentang trading dengan non-trader, kecuali jika ditanya.

Teman-teman Anda sudah mengetahui kemampuan Anda, dan bagusnya adalah Anda sendiri sudah mampu menilai kemampuan diri sendiri.

Tidak jarang ada teman (non-trader) bertanya,
“Dollar mau ke mana nih?”
Padahal Anda tidak pernah trading USD/IDR.

Atau ada yang bertanya, “IHSG menguat lagi ya?”
Atau, “Gimana pendapat lo tentang ekonomi pada masa Jokowi ini?”

Anda sudah dianggap sekaliber ekonom. Pusing deh.
Tapi positifnya, pengetahuan dan wawasan Anda justru jadi makin luas.

Namun, di fase ini Anda bisa dikatakan matang sebagai seorang trader. Matang lho ya, bukan expert.

Artinya, Anda akan mempertimbangkan dengan baik setiap keputusan yang Anda ambil. Bahkan kehati-hatian seperti itu juga akan Anda terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tiap tindakan atau keputusan akan Anda ukur plus-minusnya.

Nah, itulah sekelumit apa yang pernah saya alami mulai dari awal karir saya sebagai trader. Seperti yang saya katakan tadi, ini hanya intermezzo. Jangan ditanya dasar teorinya, ya jelas tidak ada.

Jangan terlalu serius. Woles saja. 🙂