Apa Kemiripan Forex Trader Dengan Petinju?

APA KEMIRIPAN FOREX TRADER DENGAN PETINJU?

05 May 2015 in Blog - by Eko Trijuni

Akhir-akhir ini di Indonesia, nama Manny “Pacman” Pacquiao – petinju professional asal Filipina – lebih terkenal daripada biasanya, lantaran turut bersuara meminta Presiden Joko Widodo untuk mengampuni Mary Jane Veloso – seorang terpidana mati kasus narkoba – yang juga berasal dari Filipina.

Beberapa hari yang lalu, Pacman bertarung di atas ring tinju melawan Floyd Mayweather, Jr. di MGM Grand Arena, Las Vegas. Mayweather menang angka dalam pertandingan itu, meskipun banyak orang – termasuk “Si Leher Beton” Mike Tyson – menilai bahwa Pacman-lah yang sesungguhnya lebih layak menjadi juara.

Oke, terlepas dari kontroversi pertandingan dan aksi solidaritas Pacman untuk Mary Jane, saya lebih suka untuk membahas kemiripan forex trading dengan pertandingan tinju.

Lho, memang ada ya?

Ada.

Saya memang bukan petinju profesional. Ilmu bertinju pun bisa dikatakan tak punya. Namun saya suka menonton pertandingan tinju sejak terpesona oleh Muhammad Ali dan Mike Tyson. Saya kira cukuplah untuk memahami beberapa poin yang menjadi persamaan seorang petinju dengan forex trader.

Terlepas dari adanya kecurangan atau skandal pengaturan pertandingan tinju, ada beberapa poin yang menjadi persamaan. Kita kupas satu per satu.

Selalu mempersiapkan diri

Planning. Merencanakan semuanya dengan matang. Seorang petinju juara sentiasa mempersiapkan fisik dan mentalnya melalui latihan yang tidak ringan. Tiap kali akan menghadapi pertandingan, ia juga selalu mempersiapkan strategi menghadapi lawannya. Ia mempelajari setiap gerakan lawan dan mempersiapkan langkah antisipasinya.

Meskipun sering sesumbar akan mengalahkan lawannya dalam sekian ronde (seperti yang dilakukan “Si Mulut Besar” Muhammad Ali), persiapan yang matang dan cermat selalu dilakukan. Sejatinya itu menunjukkan bahwa ia tak menganggap remeh lawannya.

Demikian juga dengan seorang trader. Seorang trader “juara” tak pernah menganggap remeh pasar. Ia selalu beranggapan bahwa hal buruk bisa saja terjadi, untuk itulah ia mempersiapkan trading plan yang mencakup pengelolaan modal dan resiko. Ketika ia “bertarung” di pasar, ia tak pernah melupakan trading plan-nya.

Tak perlu selalu tampil agresif

Pacman tampil lebih agresif daripada Mayweather, namun pada kenyataanya Mayweather-lah yang keluar sebagai juara. Oke, mungkin – sekali lagi, mungkin – memang ada rekayasa dalam pertandingan itu. Saya sendiri termasuk fans Pacman.

Namun terlepas dari kemungkinan itu, agresivitas memang tidak menjadi faktor penentu apakah seorang petinju menjadi juara dalam sebuah pertandingan. Lalu apa dong?

Akurasi pukulan. Itulah yang juga menentukan di samping kekuatan dan kecepatan. Yang penting bukanlah jumlah pukulan yang dilayangkan, melainkan apakah pukulan tersebut telak atau tidak. Banyak dan telak memang lebih ideal, namun tidak mungkin bisa sesempurna itu. Selain itu, tentu lebih menguras stamina. Padahal menjaga stamina juga sangat penting, untuk itulah diperlukan pengaturan strategi. Ada saatnya bertahan, ada pula saat yang tepat untuk menyerang.

Seorang trader pun seharusnya berpikir demikian. Anda tidak perlu setiap saat melakukan transaksi. Saat melakukan transaksi pun, tidak perlu “memberondongkan” semua “peluru” yang Anda punya. Itu hanya akan menguras modal Anda dalam waktu singkat.

Carilah momentum yang tepat untuk melakukan transaksi. Jangan membabi buta. Hematlah “stamina” Anda, di saat yang sama Anda akan menghemat modal agar tidak overtrade.

Berani menghadapi resiko

Resiko paling “ringan” yang dihadapi seorang petinju ketika bertarung di atas ring adalah terkena pukulan lawan. Paling tidak mata bengkak-lah. Resiko terburuknya? Kematian. Ini pun tentu jika tidak didahului oleh persiapan yang matang.

Kendatipun, seorang petinju tetap berdiri gagah menghadapi resiko tersebut. Ia tidak gentar. Mengapa? Karena ia telah mempersiapkan diri, tentu saja. Selain itu ia sadar, terkena pukulan adalah konsekuensi pertandingan. Kalau mau jadi juara tinju, ya jangan takut kena tinju. No pain, no gain.

Dalam forex trading tentu saja tidak ada resiko mata lebam. Resiko yang dihadapi adalah loss. Seorang trader juara paham betul bahwa loss adalah bagian tak terpisahkan dari trading. Ia tidak goyah karena ia telah mempersiapkan strategi dan antisipasinya. Dengan “senjata” itu, ia akan memiliki peluang untuk mengubah resiko menjadi potensi keuntungan yang tak terbatas. Tanpa “senjata” itu, “kematian” akan menghampiri, yang dalam trading berarti uang Anda ludes. Tak berbekas.

Fleksibel

Seorang petinju tidak mungkin selalu menghadapi lawan yang sama. Adalah lumrah jika setiap petinju memiliki gaya tarung yang berbeda-beda. Ada gaya boxer seperti Muhammad Ali, gaya in-fighter seperti Mike Tyson, gaya brawler seperti George Foreman, gaya boxer-puncher seperti Manny Pacquiao, atau counter-puncher seperti Floyd Mayweather, Jr. dan sebagainya….

Intinya, dengan demikian, tentunya harus beragam pula strategi yang digunakan.

Meskipun strategi sudah dirancang, tetap saja ada faktor “X” yang menyebabkan rencana tak bisa berjalan dengan mulus. Jika sudah demikian, harus ada “Plan B” yang bisa dijalankan.  Di situlah “seni”-nya. Ketidakmampuan menyesuaikan gaya bertarung dengan lawan yang beragam akan menghalangi seorang petinju menjadi juara.

Dalam forex trading pun demikian. Pasar senantiasa berubah-ubah. Sangat dinamis. Maka dari itu seorang trader harus mampu menyesuaikan strategi trading yang dimilikinya dengan kondisi pasar yang dinamis itu. Tidak mungkin suatu strategi bisa berjalan dengan baik di segala kondisi pasar. Maka dari itu, memiliki “backup plan” menjadi sangat penting.

Sportif

Ketika si petinju mengalami kekalahan, ia akan menerimanya meskipun ada rasa kecewa. Ia tidak akan mencari kambing hitam. Kalaupun ia merasa tak puas, ia akan meminta pertandingan ulang dan itu berarti pertandingan lain, di lain waktu. Itulah sikap seorang juara.

Ia tidak akan larut dalam kekecewaan. Ia akan “move on” dan kembali sibuk dalam persiapan pertandingan selanjutnya. Tidak ada waktu untuk meratapi kekalahan yang lalu. Tangguh.

Dalam trading, “kekalahan” berarti loss. Trader juara tak akan larut dalam duka lara ketika baru saja mengalami loss. Tidak ada upaya mencari pembenaran semisal ucapan, “Ah, pasarnya nggak bener nih!”

Ia akan segera melakuan evaluasi dan memperbaiki apa yang dianggap perlu, lalu siap kembali terjun ke pasar di lain hari.

Maka, jadilah trader tangguh. Jadilah trader juara.