Mungkin tidak banyak di antara Anda yang tahu apa itu Brexit. Tapi kalau Anda ingat gonjang-ganjing yang melanda Yunani beberapa waktu lalu, mungkin ingat juga dengan istilah Grexit. Grexit waktu itu adalah istilah yang dipergunakan untuk meyebut potensi keluarnya Yunani (Greece dalam bahasa Inggris) dari Uni Eropa. Maka muncul lah akronim Grexit yang berakar dari Greece Exit.
Nah, kali ini ternyata muncul wacana yang serupa di Inggris, dan diberi istilah Brexit alias British Exit. Tanggal 23 Juni 2016 nanti akan diadakan referendum di Inggris untuk menentukan apakah Inggris akan keluar dari keanggotaan Uni Eropa atau tidak.
Berdasarkan hukum yang berlaku di Inggris, Perdana Menteri Inggris, David Cameron, harus mengumumkan hal itu 16 pekan sebelum referendum dilakukan. Kemudian yang berhak memberikan suara dalam referendum itu adalah warga negara Inggris, Irlandia, atau warga negara persemakmuran yang telah berusia 18 tahun. Juga warga negara yang tinggal di luar negeri namun tidak lebih dari 15 tahun.
Dampak Terjadinya Brexit
Kira-kira, apa sih yang akan terjadi jika Inggris benar-benar keluar dari keanggotaan Uni Eropa? Secara hipotetis, definisi Brexit masih sangat dangkal. Beberapa kritikus di Uni Eropa mengatakan, "Inggris berpotensi akan meninggalkan blok yang selama ini menjadi pasar tunggal di kawasan tersebut." Ada beberapa kalangan yang menganggap wacana Inggris keluar dari Uni Eropa merupakan gagasan yang tidak aneh.
Meskipun, Inggris bisa mengikuti jejak Norwegia yang membayar semacam "fee" ke Uni Eropa agar tetap bisa terhubung ke pasar tersebut. Menurut mereka berbahaya bagi ekonomi Inggris jika keluar dari Uni Eropa, setidaknya selama tiga kuartal pasca keluar dari Uni Eropa. Saat ini Inggris masih anggota Uni Eropa.
Namun menurut PM David Cameron, "Inggris berada dalam proses negosiasi untuk keluar dari Uni Eropa selama tujuh tahun." Di akhir proses pun tidak bisa dipastikan bahwa bisnis Inggris akan mendapat akses penuh ke pasar, dan pasti akan mengorbankan lapangan kerja.
Mengapa Brexit Terjadi?
Keanggotaan Inggris di Uni Eropa dianggap sebagai penghalang bagi Inggris untuk mengubah regulasi. Euro sendiri dituding sebagai penyebab penderitaan ekonomi bagi orang-orang miskin di Eropa. Intinya, oleh sebagian kalangan kebijakan Uni Eropa telah menjadi sumber ketidakstabilan.
Anggota parlemen Inggris dari kubu konservatif, John Redwood mengatakan bahwa, "Referendum tak sekedar menyoal regulasi perdagangan dan bisnis namun lebih kepada demokrasi; tentang kemerdekaan dan independensi." Menurut Redwood, bahkan Inggris akan mendapatkan keuntungan jika cabut dari Uni Eropa.
Menurutnya, defisit anggaran dan defisit transaksi berjalan akan berkurang 20 persen. Inggris juga akan bisa membuat undang-undang sendiri untuk mengontrol imigrasi dan kebijakan perbatasan, serta kembali eksis dalam lembaga internasional seperti WTO.
Trading Forex dan Antisipasinya Terhadap Brexit
Para trader ternyata bukan satu-satunya yang mempersiapkan diri menghadapi referendum Brexit. Para penyelenggara perdagangan forex trading di dalam dan luar negeri juga mempersiapkan diri dengan membuat beberapa penyesuaian.
Berkaca dari pengalaman ketika Swiss National Bank secara mengejutkan melepas batas kurs Swiss franc terhadap euro, ketika banyak korban karena pergerakan liar yang tiba-tiba, maka para pialang dan pedagang pun mengambil langkah antisipasi.
Diantara langkah antisipasi yang dilakukan adalah menyesuaikan margin requirement untuk currency pair yang berhubungan dengan GBP dan EUR. Misalnya:
- EUR/USD
- GBP/USD
- EUR/GBP
- EUR/JPY, dsb.
Pokoknya semua pair yang menyertakan EUR atau GBP. Margin requirement untuk membuka posisi di pair yang melibatkan kedua mata uang tersebut di perbesar. Sementara itu, di Indonesia sendiri ada wacana melipat gandakan margin requirement untuk pair yang melibatkan kedua mata uang tersebut menjadi tiga kali lipatnya.
Jadi jika misalnya 1 lot hanya membutuhkan margin requirement $1,000 - maka akan menjadi $3,000. Termasuk juga untuk XAU/USD. Tujuannya adalah untuk menjaga ketahanan dana nasabah agar equity tidak menjadi minus karena posisi yang terbuka kemungkinan berlawanan dengan arah lonjakan harga yang bisa jadi tiba-tiba dan tajam.
Anda tinggal menunggu konfirmasi dari penyelenggara perdagangan mengenai hal tersebut. Sementara itu jika Anda berniat untuk mencari peluang dari event tersebut, pastikan modal Anda cukup. Kalau perlu, tambah untuk memperkuat modal.