Mungkin istilah “intermarket analysis” cukup asing di telinga Anda. Oke, maafkan saya. Untuk menebus kesalahan tersebut, saya berjanji setelah selesai membaca artikel ini Anda justru akan bahagia karena saya mengangkat topik ini untuk dimanfaatkan dalam trading forex.
Orang-orang yang sudah mengenal saya tentu paham bahwa saya tidak menyukai kerumitan. Maka kali ini pun saya akan mencoba membedah istilah “intermarket analysis” yang terdengar sangat ilmiah itu dengan cara saya: cara yang sederhana.
Apa sih “intermarket analysis” itu?
Intinya, intermarket analysis adalah cara kita memahami pasar dengan memperhatikan dan membandingkan lebih dari satu komoditi perdagangan. Tujuannya adalah untuk mengetahui penguatan atau pelemahan komoditi yang akan kita transaksikan. Karena kita trading forex, berarti nanti yang akan kita bandingkan adalah currency pairs. Agar mudah mengetiknya, selanjutnya kita sebut “pair” saja, ya?
Jika kebanyakan metode analisa hanya melihat satu pair saja, maka intermarket analysis melihat beberapa pair atau komoditi yang memiliki korelasi yang kuat.
Contoh paling mudah adalah seperti yang saya jelaskan di artikel Tips Trading Forex Memanfaatkan Indeks Dolar. Di artikel itu, saya membandingkan indeks dolar (DXY) dengan pair EURUSD. Perubahan yang terjadi pada indeks dolar atau yang memiliki korelasi yang kuat dengan EURUSD akan berdampak pada EURUSD, demikian juga sebaliknya.
Intermarket analysis sebenarnya juga bisa dikategorikan sebagai analisa fundamental. Metode ini bisa membantu kita untuk memperoleh gambaran perkiraan arah pergerakan harga. Begitupun, ada beberapa metode intermarket analysis, termasuk model yang mempergunakan metode mechanical trading system.
Ups, saya sudah berjanji tidak akan membuat rumit. Jadi, informasi yang Anda peroleh di paragraf di atas cukup Anda ketahui sebagai tambahan wawasan saja.
Korelasi intermarket analysis
Di atas disebut-sebut tentang “korelasi”. Apa sih itu?
Gampangnya, kita sebut saja “korelasi” itu adalah “hubungan”. Dalam analisa teknikal, “hubungan” itu diimplentasikan dengan “indeks korelasi” yang nilainya berkisar dari +1 hingga -1. Semakin positif indeks korelasi antara dua pair, maka keduanya cenderung akan bergerak ke arah yang sama. Artinya, jika harga sebuah pair atau komoditi bergerak naik, maka pair atau komoditi lain yang memiliki indeks korelasi positif dengannya cenderung akan bergerak naik juga.
Sebaliknya, semakin negatif indeks korelasi antara dua pair atau komoditi, maka keduanya cenderung akan bergerak ke arah yang berlawanan.
Bagaimana jika indeks korelasinya di kisaran nol? Itu artinya tidak ada korelasi yang signifikan antara kedua pair atau komoditi tersebut.
Sebenarnya, indeks korelasi yang sempurna antara dua pair atau komoditi tertentu jarang terjadi.
Sebentar, yang seperti apa itu “indeks korelasi sempurna”?
Indeks korelasi sempurna itu adalah jika indeks korelasinya adalah +1 atau -1. Ini jarang ada. Tetapi, kebanyakan analis sepakat bahwa indeks korelasi di atas +0.7 atau di bawah -0.7 dianggap signifikan.
Oh iya, hampir lupa. Jika indeks korelasinya berubah dari negatif menjadi positif atau sebaliknya, biasanya hubungan antara keduanya akan menjadi tidak stabil dan biasanya tidak terlalu berguna untuk dipakai sebagai referensi trading.
Cara praktisnya ada?
Tentu saja ada! Seperti yang saya janjikan, saya tidak suka yang rumit-rumit. Untuk itu, demi memenuhi janji, berikut ini ada contekan yang bisa Anda manfaatkan dengan berpatokan pada metode intermarket analysis. Enjoy!