Tantangan dan Perkembangan Investasi Properti di Indonesia

TANTANGAN DAN PERKEMBANGAN INVESTASI PROPERTI DI INDONESIA

03 November 2021 in Blog - Investasi - by Adi Nugroho

Tertarik melakukan investasi properti namun masih ragu jumlah peminatnya di masa pandemi ? simak ulasan minat masyarakat Indonesia terhadap properti berikut ini 

Pandemi covid-19 memang menyita seluruh perhatian masyarakat, salah satunya adalah kondisi kesehatan yang rawan resiko dan kondisi perekonomian yang semakin anjlok. Namun di tahun 2021, satu tahun setelah pandemi, kondisi perekonomian di Indonesia semakin membaik dan tampaknya hal itu tidak mengurangi minat masyarakat untuk membeli properti setidaknya dalam satu tahun kedepan. 

Menurut Market Behavior Survey IPW, pada tahun 2021, rumah tipe landed house atau rumah tapak masih menjadi favorit dan diminati masyarakat. Dari 285 responden, 51,06 persen memilih rumah tapak. Sedangkan 22,34 persen ingin membeli tanah dan sisanya, 11,70 persen memilih apartemen. 

Kemudian, untuk rentang harga, survey tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 29,79 persen responden mengincar harga Rp 500 juta hingga 1 miliar. Responden lainnya, sebanyak 28,72 responden berminat membeli properti dengan harga sekitar Rp 300 juta hingga Rp 500 juta.  

Lebih lagi, survey tersebut menunjukkan bahwa masa pandemi covid-19 tidak menyurutkan minat dari 285 responden tersebut untuk membeli properti karena 68,09 persen responden berminat membeli properti di masa pandemi. jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) masih menjadi minat pilihan lokasi hunian masyarakat. 

Survey tersebut juga memberikan rincian bahwa 32,98 persen mengaku akan membeli properti dalam kurun waktu 1-3 tahun. Sebesar 11,7 persen responden akan membeli dalam waktu 6 bulan ke depan. Sisanya, 10,64 persen responden berniat membeli properti dalam rentang 6 bulan hingga satu tahun kedepan. 

Ada beberapa alasan yang membuat orang-orang tetap berminat membeli properti di masa pandemi yaitu karena faktor harga yang dinilai lebih terjangkau, faktor penawaran dan promosi yang digaungkan oleh pengembang dan cicilan yang lebih flexible. 

Kondisi tersebut cocok untuk Anda yang ingin menjual properti ataupun membeli properti untuk investasi jangka panjang. Namun, kalau Anda ingin membeli properti, jangan asal-asalan dan perlu selektif, salah satunya dari sisi pengembang. Perhatikan kredibilitas, legalitas, dan komitmen pengembang sebelum membeli properti. 

Menurut data dari Bank Mandiri, tingkat pertumbuhan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) tumbuh 4,3% year on year (yoy). Sedangkan untuk kredit kepemilikan apartemen (KPA) tumbuh 2,5% yoy. Kalau KPR, pertumbuhan tertinggi ada pada rumah tipe 22-7 dengan kenaikannya sebesar 7,47% per Maret 2021. Sedangkan untuk KPR tipe besar di atas 70 tumbu 0,34% yoy dan KPR tipe rumah kecil 13,2% yoy. 

Data tersebut juga menunjukkan minat masyarakat terhadap apartemen. Untuk Kredit Kepemilikan Apartemen (KPA), pertumbuhan tertinggi ada pada apartemen tipe kecil tumbuh 8,75% yoy. Apartemen tipe menengah tumbuh 4,48% yoy dan apartemen besar justru mengalami penurunan minat 1,07% per Maret 2021. 

Berinvestasi di properti memberikan dua keuntungan sekaligus kepada para investor. Keuntungan dari biaya sewa jika pemilik rumah menyewakan huniannya kepada pihak lain yang bisa didapatkan setiap beberapa kuartal sekali dan keuntungan dari penjualan properti ketika menjual properti saat nilainya meningkat. 

Selain itu, properti menjadi pilihan instrumen investasi yang disarankan pada masa penurunan ekonomi saat ini karena banyak promosi dan kelonggaran yang ditawarkan sehingga semakin menarik minat masyarakat. Promo tersebut berupa adanya relaksasi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan kebijakan uang muka 0 persen serta promo-promo dari developer yang mungkin tidak tersedia saat kondisi normal. 

Namun, disamping minat masyarakat untuk membeli properti yang tidak terganggu akibat pandemi, ada beberapa tantangan yang perlu dihadapi jika Anda ingin sukses menjadi investor properti. 

1. Harga yang berubah-ubah 

Kondisi perekonomian Indonesia pasca covid-19 saat ini memang sudah lebih baik, banyak pusat perbelanjaan dan tempat wisata yang boleh dibuka, namun belum sepenuhnya stabil. Hal itu menyebabkan harga properti masih sangat dinamis dan cukup tricky untuk diprediksi. Begitu juga dengan kecepatan Indonesia dalam menangani krisis ekonomi. Semakin cepat penanganan krisis, maka semakin cepat pula pulihnya dunia investasi. 

2. Isu Jakarta tenggelam

Untuk Anda yang ingin menjadi investor properti di Jabodetabek, mungkin isu ini perlu menjadi perhatian Anda. Isu Jakarta akan tenggelam karena naiknya garis pantai dan permukaan tanah yang menurun sempat membuat gaduh masyarakat, terutama wilayah Jakarta Utara.  Menurut Senior Director Office Services Colliers Indonesia, Bagus Adi Kusumo, berpendapat bahwa isu Jakarta tenggelam tidak mempengaruhi minat konsumen terhadap perumahan di Jakarta Utara. Tapi bagaimanapun, sebagai kebutuhan dasarnya, setiap orang pasti ingin memiliki hunian yang aman. 

Pada akhirnya, investasi terbaik adalah investasi yang Anda pahami sistem dan sesuai dengan tujuan Anda, aman dan nyaman. Selain itu, investasi terbaik adalah yang Anda pahami potensi resikonya dan sudah mempersiapkan diri untuk itu. 

Investasi properti memang investasi dengan tingkat resiko rendah, berbeda dengan saham sehingga banyak dipilih oleh para investor pemula atau generasi millenial. Namun, penting untuk melakukan riset pasar dan biaya yang dikeluarkan terlebih dahulu, termasuk likuiditas dan arus kas agar harga yang Anda tawarkan tetap stabil dan sesuai pasar.  

Seorang investor jangan terlalu tinggi hati karena investasi properti sejauh ini masih ‘aman’, namun perlu juga memikirkan bagaimana cara supaya bisnis dalam industri properti terus berlanjut.