Kegagalan Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat telah memicu keyakinan di antara trader forex dan trader emas bahwa bank sentral Federal Reserve harus menunda proses kenaikan suku bunga untuk saat ini. Lembaga keuangan seperti Goldman Sachs dan NatWest turut serta memberikan andil akan kemungkinan terjadinya hal tersebut.
Runtuhnya SVB menjadi perbincangan hangat belakangan ini. Bank yang biasa memberi pinjaman kepada startup-startup tersebut dilaporkan bangkrut pada 10 Maret 2023 lalu setelah komunitas modal ventura selaku klien mereka melakukan penarikan dana hingga puluhan milyar dolar AS. Penarikan simpanan secara besar-besaran membuat SVB hari itu ditutup dengan saldo kas negatif sebesar US$958 juta.
Di Eropa sendiri, para pelaku pasar memperkirakan bahwa ECB kemungkinan tidak akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuannya minggu ini. Para pelaku pasar menduga ECB hanya akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin. Juga ada kemungkinan ECB memberikan nada yang lebih dovish, yang mengindikasikan bahwa bank tersebut mungkin akan menangguhkan proses kenaikan suku bunga.
Sebagai respon terhadap insiden kolapsnya SVB, apakah Federal Reserve dan bank-bank sentral lainnya harus mengubah arah kebijakan moneter mereka? Sebagai contoh, the Fed telah lama mengatakan bahwa inflasi akan bersifat sementara. Sebagaimana The Fed dengan cepat menurunkan suku bunga ketika goncangan Covid-19 lalu, maka besar kemungkinan respon yang sama akan dilakukan oleh The Fed guna melakukan langkah penyelamatan ketika inflasi terjadi.
Namun demikian para anggota the Fed terus menganggap inflasi hanya akan berlangsung sementara, sampai kemudian masalah ini menjadi semakin berlarut-larut. The Fed menggunakan strategi yang hampir tidak pernah terjadi sebelumnya yaitu menaikkan suku bunga pada tingkat tertinggi. Hal itu akhirnya menyebabkan masalah bagi bank-bank regional sebagai jebakan likuiditas. Seharusnya, The Fed tetap mengawasi dan memberikan perhatian yang besar pada kondisi likuiditas bank-bank regional tersebut.
The Fed meyakinkan masyarakat bahwa suku bunga akan tetap rendah untuk jangka waktu yang lama. Sebagai akibatnya, bank-bank yang sedang kolaps saat ini memilih obligasi bertenor panjang, yang sangat sensitif terhadap suku bunga. Dalam pernyataannya, the Fed bertanggung jawab untuk menjelaskan kemungkinan risiko terkait dengan obligasi jangka panjang dan jangka pendek. Pada saat yang sama, bank-bank regional seharusnya menginformasikan kepada The Fed bahwa pengetatan posisi likuiditas yang ekstrim akan menghasilkan kondisi vakum. Vakum ini pertama disebabkan oleh karena uang tidak lagi sebebas ketika suku bunga sangat rendah. Kedua, kondisi likuiditas yang lebih ketat menyebabkan perlambatan aktivitas ekonomi, dan menimbulkan konsekuensi lanjutan yang lebih parah.
Dalam pidato testimoninya minggu lalu, Ketua The Fed Jerome Powell tidak membahas apapun soal pengetatan kebijakan moneter atau masalah likuiditas di antara bank-bank regional. Kebijakan-kebijakan yang diambil The Fed, menurut Powell, cukup meyakinkan. Dia bahkan menyatakan bahwa kebijakan harus lebih diperketat lagi.
Namun situasi perbankan Amerika Serikat saat ini tidak sama lagi. Para pengusaha dan investor mengekspresikan kekhawatiran mereka meskipun ada jaminan dari para politisi, pembuat kebijakan, dan Presiden Joe Biden. Mereka sadar bahwa insiden ini mengakibatkan korban berjatuhan dan kerugian besar sudah pasti tidak terhindarkan. Gara-gara keputusan The Fed, para pelaku bisnis kini harus mencari metode untuk mendiversifikasi aktivitas perbankan mereka karena polis asuransi sebesar $250 ribu tidak cukup kuat untuk mempertahankan bisnis mereka.
Penulis mengamati bahwa kecemasan dan kepanikan yang berkembang di antara para trader forex, trader emas, investor dan pengusaha tidak hanya disebabkan oleh kegagalan institusi bank, tapi juga karena lambannya respon The Fed dalam mengatasi masalah. Bahaya semacam ini harusnya dapat diprediksi lebih dini oleh The Fed dan diperlukan kecermatan untuk segera mengambil langkah-langkah solutif.
Sejauh ini, tindakan bijaksana yang dapat dilakukan The Fed adalah menurunkan atau menghentikan laju suku bunganya. Jika dilakukan, tentu saja publik akan mempertanyakan sikap mereka yang kontras dengan pernyataan mereka sebelumnya. Namun bagaimanapun juga The Fed perlu mengambil tanggung jawab dan langkah konkret untuk meredakan masalah yang disebabkan oleh tindakan mereka. Yang terpenting adalah perlunya antisipasi dari The Fed agar tindakan tersebut tidak menimbulkan efek yang lebih buruk.
Analisa Teknikal Emas yang Dipengaruhi Kebijakan Suku Bunga The Fed
Peluang apa yang dapat dimanfaatkan trader emas melalui insiden SVB dan arah kebijakan suku bunga bank sentral? Kejadian ini membawa angin segar pada pergerakan emas, di mana emas membidik area resistance 1959.65. Kondisi indikator moving average 100 dan 200 telah berpotongan, yang mengindikasikan emas berpotensi berada di trend naik sehingga membuka kemungkinan membidik area 2041.07 – 2091.43 untuk jangka menengah jika resistance 1959.65 berhasil ditembus. Namun, waspadai juga kondisi indikator stochastic yang telah berada di area overbought, yang membuka kemungkinan emas dapat terkoreksi terlebih dahulu sebelum naik lagi. Perhatikan area kisaran 1878.23 untuk kemungkinan area koreksi dari emas.
Untuk berkonsultasi lebih lanjut tentang peluang trading emas, Anda dapat memanfaatkan layanan Komunitas VIP Trader di Telegram untuk diskusi open posisi dan strategi trading. Pastikan juga Anda selalu mendapat update sinyal, analisa, dan berita terbaru melalui mobile app QuickPro yang dirancang untuk mendukung keberhasilan trading emas dan trading forex Anda.