Seperti yang kita ketahui bahwa sebelum adanya perubahan kurs yang sangat mendasar, pemerintah selalu mencoba menstabilkan pelemahan rupiah dengan melepas valuta asing. Hal itu dilakukan melalui Bank Indonesia, Bank Indonesia juga menggunaan kebijakan dimana kebijakan tersebut tidak terlalu berpengaruh dan malah menjadi dampak buruk terhadap penguatan nilai rupiah.
Terdapat implikasi baru terhadap pemilihan dari kurs mengambang bebas dalam pergerakan nilai mata uang rupiah sehingga kurs dolar terhadap rupiah selalu mengalami penguatan. Pelemahan yang terjadi terhadap rupiah juga karena inflasi yang rendah dari jangkauan prediksi dimana terjadi penghentian stimulus dari aksi obligasi dalam pasar sekunder.
Selain itu, rupiah juga sudah memasuki pasar bebas sehingga rupiah bisa menentukan nilai tukar nya dengan mata uang dunia. Kondisi globalisasi dunia dari segi ekonomi, politik, dan lainnya sangat berhubungan dengan pergerakan rupiah dimana terdapat faktor internal dan eksternal yang sangat mempengaruhi adanya pelemahan pergerakan rupiah.
Lantas, mengapa nilai tukar rupiah selalu mengalami pelemahan sedangkan dolar Amerika selalu mengalami penguatan? Hal itu terjadi karena tingkat inflasi di Indonesia tinggi sekitar 7% dibandingkan Amerika sedangkan depresiasi yang terjadi dalam rupiah terhadap dolar Amerika mencapai 5% pertahunnya. Selain itu, terdapat beberapa faktor internal dan eksternal yang membuat rupiah selalu melemah.
Faktor Internal
Terdapat beberapa faktor internal dalam pelemahan rupiah, yaitu:
1. Perlambatan ekonomi Indonesia, seperti pada penjelasan diatas Indonesia memiliki inflasi yang tinggi dimana nilai mata uangnya akan mengalami depresiasi. Hal tersebut nantinya akan berdampak terhadap daya beli masyarakat dimana terjadi kenaikan harga kebutuhan pokok sehingga masyarakat Indonesia lebih memilih barang-barang impor yang dikeluarkan Amerika karena harganya lebih terjangkau. Dari hal tersebut nantinya Amerika akan mendapatkan permintaan mata uang dolar meningkat dan membuat dolar Amerika menguat.
2. Kinerja ekspor menurun dan impor meningkat, apabila terjadi pelemahan mata uang dunia terhadap dolar Amerika maka permintaan barang ekspor akan menurun dampaknya negara tujuan ekspor dari Indonesia menurun dan neraca perdagangan membuat nilai rupiah melemah. Hal tersebut berhubungan dengan kinerja ekspor yang menurun apabila nilai rupiah mengalami penurunan, dan impor naik.
3. Kesalahan arah industrial, ketergantungan terhadap barang impor sangat tinggi karena industri yang berkembang di Indonesia membutuhkan bahan baku dari Amerika seperti bahan tekstil berupa pewarna, produk sepatu, makanan obat-obatan. Kondisi tersebut membuat kinerja ekspor menurun dan ketergantungan terhadap barang impor.
4. Rupiah sebagai soft currency, soft currency adalah mata uang yang lemah yang jarang digunakan untuk alat pembayaran karena nilainya relatif tidak stabil. Rupiah seringkali mengalami perubahan fluktuatif yang menyebabkan rentan terjadinya depresiasi nilai sehingga nilai rupiah sangat sensitif terhadap kondisi ekonomi global, krisis finanasial, dan ketidakstabilan ekonomi.
5. Pelarian modal atau capital flight, modal asing sudah beredar di Indonesia terutama dalam pasar finansial. Sekitar 60% saham dibeli oleh modal asing atau investor asing di Burssa Efek Indonesia (BEI). hal ini sangat baik karena apabila banyak investor asing di Indonesia, rupiah akan menguat begitu pula sebaliknya apabila investor asing menurun makan nilai rupiah akan melemah.
6. Cadangan devisa, apabila cadangan devisa yang dimiliki dalam suatu negara besar maka nilai uang dalam suatu negara tersebut akan menguat. Namun, sebaliknya apabila cadangan devisa menipis maka nilai uang dalam suatu negara tersebut akan melemah.
Faktor Eksternal
Terdapat beberapa faktor eksternal dalam pelemahan rupiah, yaitu:
1. Kondisi ekonomi USA, nilai tukar mata uang didunia sangat dipengaruhi oleh dolar Amerika karena Amerika menjadi tolak ukur dalam bertransaksi keuangan. Apabila ekonomi Amerika membaik maka investasi-investasi dalam bentuk dolar akan kembali masuk ke Amerika.
2. Perbedaan suku bunga antar negara, para investor pastinya akan mengambil kesempatan jika tingkat bunga lebih tinggi seperti dolar Amerika akibatnya dolar Amerika menguat.
3. Krisis ekonomi, apabila didalam suatu negara mengalami krisis ekonomi maka akan terjadi berbagai kekacauan yang berakibat pertumbuhan perekonomian anjlok, inflasi tidak terkendali, harga mata uang jatuh. Walaupun Indonesia masih jauh dari krisis ekonomi tetapi Indonesia masih harus mencegah hal tersebut agar nilai rupiah bisa mengalami penguatan dengan kebijakan ekonomi yang seharusnya dibuat oleh pemerintah.