Loss Gara-Gara Salah Signal Trading Forex? (Ini Alasannya)

LOSS GARA-GARA SALAH SIGNAL TRADING? (INI ALASANNYA)

28 December 2019 in Blog - by Eko Trijuni

Salah satu metode analisa dalam trading forex adalah analisa teknikal dan charting alias analisa teknikal yang memanfaatkan grafik pergerakan harga (price chart/chart) yang merupakan salah satu metode analisa teknikal paling populer.

Para chartist mempergunakan chart untuk kemudian memanfaatkannya untuk memproduksi signal trading akurat. Atau, setidaknya diharapkan untuk menjadi akurat, atau mendekati akurat.

Permasalahan yang sering dijumpai kemudian biasanya adalah kemunculan false signal, atau sinyal palsu alias salah. Sinyal palsu semacam ini biasa muncul dari indikator teknikal, baik itu yang standar maupun yang custom.

Jika false signal terlalu sering muncul, cukup sering seorang trader merasa tertipu oleh indikator teknikal yang ia pergunakan, sehingga akhirnya ia memutuskan untuk tidak lagi mempergunakan indikator teknikal tersebut.

Tidak bisa dipungkiri bahwa memang indikator teknikal tidak mungkin bisa sempurna, dalam arti selalu benar.

Lebih jauh lagi, trader yang mempergunakan indikator tersebut pun adalah manusia biasa yang bisa jadi salah menginterpretasikan kondisi indikator teknikal saat ia akan membuka posisi.

Jadi, memang bisa jadi indikator teknikalnya yang kurang berkualitas, bisa pula ada faktor human error, di mana interpretasi seorang trader berbeda dengan apa yang terjadi sesungguhnya.

Dalam tulisan ini, kita akan membatasi pembahasan pada menghindari false signal pada indikator teknikal standar yang ada di MetaTrader.

Kalau kita mau membahas semua indikator custom yang beredar di dunia trading forex, saya khawatir itu akan membutuhkan waktu setidaknya dua periode jabatan presiden RI.

Pahami apa itu indikator teknikal

Berdasarkan definisi MetaTrader, indikator teknikal adalah “manipulasi matematis” atas harga dan/atau volume yang bertujuan untuk memperkirakan pergerakan harga di masa datang.

Keputusan trading mengenai bagaimana dan kapan waktunya untuk membuka atau menutup posisi bisa dibuat berdasarkan sinyal-sinyal dari indikator teknikal.

Menurut fungsinya, indikator teknikal bisa dibagi ke dalam dua kelompok:

  • Indikator trend
  • Indikator osilator

Indikator trend membantu kita untuk mengamati arah harga dan mendeteksi perubahan arah secara langsung ataupun dengan jeda waktu tertentu. Sedangkan osilator memungkinkan kita mencari “momentum pembalikan” arah.

Perhatikan kata manipulasi matematis dalam definisi indikator teknikal di atas. Artinya, indikator teknikal sebenarnya adalah “produk” dari pergerakan harga yang telah terjadi, di mana ia mengolah data yang ada dan kemudian dengan algoritma tertentu ia akan memberikan signal yang kemudian di interpretasi sebagai sinyal jual atau beli dalam trading forex.

Dengan demikian, permasalahannya kemudian adalah interpretasi dari penggunan indikator tersebut, yaitu trader.

Kesalahan dalam membaca indikator teknikal

Indikator teknikal tidak hanya memanfaatkan data pergerakan harga yang telah terjadi, tetapi juga pergerakan harga yang sedang terjadi.

Itulah mengapa – kalau Anda perhatikan – indikator teknikal senantiasa bergerak atau berubah (naik-turun, muncul-hilang, atau berubah warna) mengikuti pergerakan harga terkini.

Ambil contoh, Parabolic SAR.

Anda akan sering menemukan titik SAR muncul di bawah bar/candlestick, tetapi kemudian titik tersebut hilang dan berpindah tempat ke atas bar/candlestick yang Anda amati.

Itu karena sebelumnya (berdasarkan algoritma pemrogramannya) titik SAR memang semestinya berada di bawah bar/candlestick, tetapi karena harga terus berubah dan membuat perhitungan SAR-nya pun berubah, maka titik SAR kemudian “berpindah tempat”.

Intinya, indikator teknikal bisa berubah sesuai dengan kondisi market.

Contoh kasus Parabolic SAR di atas hanya salah satu contoh saja. Mungkin Anda sering mendengar ada rekan trader Anda yang berceloteh, “Wah, stochastic-nya nipu! Tadi udah crossing naik, eh dia turun lagi!”

Sebenarnya, saudara-saudara, stochastic tidak menipu. Kitalah yang sering salah menginterpretasi kondisi stochastic. Bahwa sinyal dari stochastic bisa gagal, ya. Tetapi dia tidak menipu.

Tunggu Konfirmasi Closing Bar/Candlestick

Untuk menghindari salah paham atau salah interpretasi yang melahirkan false signal, Anda perlu menunggu sampai sinyal yang muncul dari indikator teknikal itu betul-betul terkonfirmasi.

Di atas sudah saya jelaskan bahwa indikator teknikal bisa berubah mengikuti perkembangan harga terkini, maka kuncinya adalah Anda harus menunggu hingga bar/candlestick yang Anda pergunakan betul-betul sudah komplit.

Maksudnya bagaimana?

Komplit di sini maksudnya adalah sudah closed.

Mari kembali ke tuduhan stochastic menipu tadi.

Contohnya, jika Anda mempergunakan candlestick time frame H1, maka untuk mengonfirmasi sinyal dari stochastic pastikan umur candlestick-nya sudah satu jam. Tunggu hingga candlestick tersebut closed, persis satu jam.

Sinyal yang diberikan oleh stochastic (buy atau sell) akan lebih confirmed jika candlestick-nya sudah betul-betul closed.

Pergunakan Beberapa Indikator

Cara lain untuk meminimalisir false signal adalah dengan mengombinasikan beberapa indikator teknikal. Cara ini cukup banyak dipergunakan oleh trader-trader berpengalaman. Kombinasi beberapa indikator inilah yang kemudian biasa disebut sebagai strategi trading.

Dengan mempergunakan beberapa indikator teknikal, Anda akan bisa melihat sudut pandang lain. Misalnya Anda memadukan Moving Average (MA) dengan stochastic.

Ketika stochastic memperlihatkan sinyal buy tetapi  MA justru mengarah ke bawah, Anda bisa berhati-hati karena sinyal buy yang muncul mungkin tidak terlalu kuat, atau mungkin false, karena melawan trend yang sedang terjadi.

Tetapi ingat, sebaiknya tidak mempergunakan terlalu banyak indikator untuk menghindari kebingungan. Disarankan untuk mempergunakan maksimal tiga indikator berbeda dalam satu chart.

Selamat mencoba.

indikator-custom