Mengenal Penggunaan Strategi Locking Dalam Trading Forex

MENGENAL PENGGUNAAN STRATEGI LOCKING DALAM TRADING FOREX

21 May 2015 in Blog - by Eko Trijuni

Ayo, jujur saja, berapa banyak di antara Anda yang dengan sadar melakukan cut loss ketika kerugian yang diderita telah mencapai batasan resiko?

Lalu, berapa banyak di antara Anda yang lebih memilih melakukan strategi locking ( atau yang disebut hedging) ketika kerugian terjadi?

Tetapi apakah strategi locking ini benar-benar efisien untuk diterapkan dalam forex trading?

Strategi locking dalam trading forex

Pelaku locking biasanya memaparkan argumen seperti ini...

"Begini lho, misal saya buy 1 lot EUR/USD di level 1.39500, lalu harga turun ke 1.39000. Di situ kan saya floating loss $500 toh? Nah, di level 1.39000 itu saya lalu open sell 1 lot. Jadi posisi saya sudah aman, ke mana pun harga bergerak, loss saya tetap hanya sebesar $500."

Contoh Strategi Locking Dalam Trading Forex

Lalu biasanya "kubu anti-locking" menyanggah, "Lho, lalu apa bedanya dengan melakukan cut loss? Bukankah dengan cut loss juga sama: ke mana pun harga akan bergerak, loss Anda tetap hanya sebesar $500?"

Terkadang dijawab dengan enteng, "Yaah... setidaknya nggak sakit-sakit amat..."

Tetapi kelompok pro-locking "garis keras" biasanya menjawab dengan penuh semangat, "Tapi kan saat locking itu saya belum loss. Hanya sementara saja. Nanti kalau harga turun misalnya ke 1.38500 dan saya melihat ada potensi rebound, saya buka locking-annya. Caranya, posisi sell yang di 1.39000 tadi dilepas, nah kan ada profit sebesar $500. Kan lumayan tuh."

"Nah kalau nanti setelah itu harga naik lagi ke 1.39000, posisi saya sudah impas. Posisi buy tadi bisa saya tutup. Kalau lanjut ke 1.39500, total saya untung $500, yang diperoleh dari posisi sell yang tadi. Kalau naiknya lebih tinggi lagi, misal ke 1.40000, untung saya jadi dua kali lipat!"

Contoh Strategi Locking dalam Forex Trading

Skenario ini memang hanya salah satu "varian" buka-tutup locking. Sebenarnya ada setidaknya empat varian teknik buka-tutup. Saya tidak akan membahasnya satu per satu, karena pada dasarnya sama saja.

Hm… terdengar masuk akal ya? Kalau jawaban Anda adalah "ya", waspadalah, mungkin Anda perlu berpikir ulang. Mengapa?

Equity is The King!

Mari kita kutip dan telaah bagian per bagian argumen trader Pro-locking di atas, "Tapi kan saat locking itu saya belum loss. Hanya sementara saja..."

Hm... benarkah sementara? Mari kita kaji.

Asumsikan trader tersebut memiliki modal sebesar $10,000. Berdasarkan skenario di atas, ketika harga turun ke 1.39000, ia mengalami loss sebesar $500. Tepat di saat itu, equity yang ia miliki sudah berkurang, tinggal $9,500.

Modal Untuk Locking Dalam Trading Forex

Pentingnya Kekuatan Modal Saat Locking

Ketika sudah melakukan locking, ke mana pun harga bergerak, equity tidak akan berkurang juga tidak bertambah. Nah, ketika ia melakukan OPEN SELL 1 lot di harga 1.39000, sesungguhnya tanpa ia sadari, ia telah menutup posisi BUY yang ia buka di harga 1.3950!

Lho,kok begitu? Bukannya posisi Buy-nya masih ada?

Coba baca lagi kalimat dalam kotak kuning di atas. Ketika trading, yang dilihat adalah equity, bukan balance. Dalam skenario di atas, equity sudah berkurang sebesar $500. Tidak ada bedanya dengan melakukan cut loss!

Contoh Locking dalam Trading Forex

Ups! See now? Memang posisi buy masih ada, tapi apa artinya jika tidak mempengaruhi equity? Tak ada.

Locking memang "menahan" agar balance tetap berada di angka semula, namun ingat-ingat lagi aturan di "kotak kuning" di atas.

Sebentar, ini belum selesai. Masih ada yang lebih "seru". Yuk, kita lanjutkan.

"... kalau harga turun misalnya ke 1.38500 dan saya melihat ada potensi rebound, saya buka locking-annya. Caranya, posisi sell yang di 1.39000 tadi dilepas, nah kan ada profit sebesar $500. Kan lumayan tuh..."

Jika benar-benar dicermati, profit sebesar $500 itu sebenarnya semu. Sekali lagi: dalam trading, kekuatan modal ada di equity! "Profit" sebesar $500 itu memang tercatat di account history dan masuk ke balance, tetapi coba kita cermati lagi.

Jangan lupa, masih ada posisi BUY yang terbuka di 1.39500. Apa yang terjadi pada posisi buy tersebut? Tentu saja, pada saat harga berada di 1.38500 maka loss yang dialami posisi buy tersebut sudah membengkak menjadi -$1,000. Minus seribu dolar.

Perhitungan Equity Untuk Locking

Jadi, meskipun posisi SELL @ 1.39000 di-close dan menghasilkan "profit" sebesar $500, pada kenyataannya equity tidak bertambah karena posisi BUY yang "tertinggal" masih memiliki tanggungan loss sebesar $1000.

Jadi, pada saat itu, keadaannya masih loss $500. Equity tetap masih berada di angka $9,500, bahkan bisa jadi kurang dari itu kalau komisi dan swap (kalau ada) turut dihitung.

Selanjutnya dikatakan juga:

"...Nah kalau nanti setelah itu harga naik lagi ke 1.39000, posisi saya sudah impas. Posisi buy tadi bisa saya tutup. Kalau lanjut ke 1.39500, total saya untung $500, yang diperoleh dari posisi sell yang tadi. Kalau naiknya lebih tinggi lagi, misal ke 1.40000, untung saya jadi dua kali lipat!"

Jika pasar memang menuruti skenario tersebut, alangkah indahnya. Namun kita telah lama sama-sama sepakat bahwa pasar memiliki kehendaknya sendiri.

Bagaimana seandainya jika setelah posisi sell ditutup, namun harga justru semakin terpuruk? Tentu kerugian yang diderita akan semakin besar. Terlalu berharap harga akan bergerak sesuai keinginan kita adalah hal yang utopis dalam forex trading.

Risiko Locking dalam Trading Forex

Seperti yang dikatakan di atas, ini baru satu varian teknik buka-tutup locking dalam forex trading. Mungkin kaum ­pro-locking akan berkata, "Kalau diperkirakan harga akan turun, justru yang dibuang itu posisi buy-nya. Posisi sell dibiarkan, karena akan profit."

Sebentar, berarti cut loss juga dong? Ah… mengapa tidak dari awal?

Banyak alasan yang bisa dikemukakan untuk membenarkan tindakan locking saat loss. Tetapi jika diurutkan lagi dengan perhitungan equity seperti yang diuraikan di atas, akan terlihat bahwa selain menyita waktu dan pikiran, strategi ini juga tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan equity. Dibandingkan dengan cut loss, beban psikologisnya akan semakin besar.

Sekarang kita bandingkan dengan jika Anda melakukan cut loss.

Cut Loss atau Locking

Setelah cut loss dilakukan di level 1.39000, tak ada lagi beban pikiran. Loss adalah loss. Sudah tinggal sejarah. Titik.

Ketika harga turun ke 1.38500, jika Anda melihat ada potensi rebound (seperti yang dilihat oleh pelaku locking), Anda bisa kembali membuka posisi buy. Meskipun tetap ada resiko harga akan terus turun, beban psikologis Anda tak akan seberat pelaku locking. Mengapa?

Sinyal buy di level 1.38500 sangat mungkin tidak muncul di hari yang sama ketika locking dibuka (dalam hal ini adalah dengan menutup posisi sell). Mungkin saja muncul di hari berikutnya, atau justru dua hari kemudian. Tidak ada yang tahu persis.

Pengguna teknik locking, kemungkinan besar tidak akan bisa tidur selelap trader yang telah melakukan cut loss. Bagaimana jika seandainya harga terus turun ketika ia tertidur, sementara ia tak bisa kembali melakukan locking?

Tentu saja masih ada argumen: pasang stop order. Sell stop di level 1.38000. Ah, locking lagi. Tentu akan kembali menyita waktu dan pikiran.

Kalau cut-loss? Ya sudah. Seperti yang dikatakan tadi: hanya tinggal sejarah. Tidak akan mempengaruhi keputusan transaksi selanjutnya.

Strategi locking tidak sepenuhnya "haram"

Begitupun, saya tidak menyatakan bahwa hukum locking dalam forex trading adalah sepenuhnya "haram". Silakan jika Anda ingin menjalankan teknik ini, namun Anda harus memenuhi spesifikasi ini:

  • Sangat berpengalaman. Jika Anda adalah pemula, sangat tidak disarankan mempergunakan teknik ini.
  • Sangat akurat. Ingat, posisi selanjutnya yang Anda ambil akan sangat mempengaruhi posisi sebelumnya. Jika akurasi analisa Anda tidak tinggi, hindari mempergunakan teknik ini.
  • Tidak emosional. Jika saat trading Anda masih cenderung emosional, mempergunakan teknik locking hanya akan memperburuk kondisi psikologis Anda. Pada gilirannya akan menghancurkan akun trading Anda.

Buka Akun Demo