Perbandingan Simple Moving Average dan Exponential Moving Average
Jadi, manakah yang terbaik antara Simple Moving Average dan Exponential Moving Average? Tentu saja, tergantung dari karakteristik Anda dalam trading!
Jika Anda merupakan trader yang agresif dan ingin mendapatkan reaksi pergerakan harga dengan cepat, maka EMA adalah pilihan yang tepat. Dengan menggunakan tools EMA, Anda akan mendapatkan bantuan untuk menangkap peluang lebih cepat dibandingkan SMA.
Dengan demikian profit yang didapatkan tentu akan lebih besar. Namun perlu diperhatikan, Anda bisa saja terjebak oleh fake signal (sinyal palsu) yang diberikan oleh EMA pada satu waktu.
Jika dibandingkan dengan SMA, Anda akan mendapatkan reaksi lebih lambat pada pergerakan harga daripada EMA. Dengan demikian, peluang yang diberikan pun akan lebih lambat muncul dan bisa saja di satu waktu anda akan kehilangan waktu terbaik untuk mengambil posisi.
Namun, Anda tentu tidak akan mudah terjebak dengan sinyal palsu dan profit yang dihasilkan pun akan lebih kecil dibanding EMA.
Setiap indikator tentu saja memiliki, kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Oleh karena itu, jangan sampai salah untuk memilih indikator yang sesuai dengan ciri khas Anda sebagai seorang trader.
Anda perlu teliti memperhatikan jika harga bergerak menembus MA (terjadi breakout), karena hal tersebut merupakan indikasi awal (bukan kepastian) bahwa trend akan berubah arah.
Ingat! Pada saat uptrend, strategi terbaik yang harus Anda lakukan adalah Buy. Dan pada saat downtrend, strategi terbaik yang harus Anda lakukan adalah Sell.
Pada posisi uptrend, Anda bisa menggunakan Moving Average sebagai area referensi untuk buy. Sebaliknya jika pada saat itu posisi downtrend, Moving Average bisa Anda gunakan sebagai area referensi untuk melakukan sell.
Anda bisa menerapkan strategi ini pada bounce trading. Coba perhatikan gambar di bawah ini!
Gambar 4: Penerapan SMA 50 (Buy)
Pada gambar diatas, Anda akan melihat indikator SMA 50 yang diplot pada grafik 1 jam-an. Pada saat itu, Anda mendapatkan konfirmasi bahwa terjadinya pantulan karena harga terkoreksi lalu mendekati SMA 50.
Level stop loss yang terlihat pada gambar adalah exit point berdasarkan support yang terdekat. Level target yang diambil adalah resistance yang terdekat.
Perlu diingat jika Anda melakukan buy menggunakan MA, pastikan bahwa garis MA sedang menanjak (naik). Jika sudah begitu, apa yang akan terjadi selanjutnya?
Gambar 5: Hasil Penerapan SMA (Buy)
Bounce yang terjadi valid dan target Anda tercapai!
Ketika harga mengalami pullback ke area Moving Average, yang perlu Anda lakukan adalah menunggu konfirmasi bounce untuk melakukan sell.
Apakah Anda sudah mendapatkan gambaran?
Jika belum, Anda bisa melihat gambar di bawah ini.
Gambar 6: Penerapan SMA 50 (Sell)
Bagaimana cara Anda melakukan analisa pada grafik di atas?
Pertama kali yang harus Anda perhatikan adalah apakah garis SMA tersebut sedang turun. Ketika harga mengalami pullback ke area SMA, pastikan bahwa kemiringan SMA tetap berada di posisi ke bawah (turun).
Dari gambar tersebut, Anda akan melihat bahwa harga persis menyentuh garis SMA. Meskipun ada false break, namun harga segera bergerak turun dan bergerak di bawah SMA.
Keadaan ini menggambarkan bahwa tekanan bearish lebih besar daripada bullish. Maka dari itu, Anda bisa mengambil posisi sell dengan target di support terdekat dan stop loss di resistance terdekat.
Jika sudah mengambil salah satu posisi, apa yang selanjutnya akan terjadi?
Gambar 7: Hasil Penerapan SMA 50 (Sell)
Cukup sederhana bukan?
Namun perlu diperhatikan, tidak selamanya skenario yang terjadi akan selalu seperti gambar di atas. Bisa saja, bounce yang terjadi gagal dan harga akan berbalik lalu menembus Moving Average dengan sadisnya. Jadi, berhati-hatilah!
Itulah sebabnya, Anda perlu menempatkan stop loss tentu saja dengan catatan: tetap memiliki strategi dan manajemen risiko yang baik agar strategi yang sederhana pun bisa membawa Anda menghasilkan profit yang tetap konsisten.
Selain itu, ada pengembangan dari penggunaan Moving Average yang perlu Anda ketahui sebagai entry point.
Salah satu pengembangan yang cukup populer adalah mengkombinasikan dua Moving Average dalam satu grafik dimana kombinasi tersebut antara SMA 20 dan SMA 50.
Strategi ini disebut sebagai Double Moving Average.
Gambar 8: Penerapan Double MA - SMA 50 dan SMA 20 (Sell)
Fungsi dari pengembangan ini adalah untuk memanfaatkan celah yang merupakan area antara dua MA.
Dari gambar diatas, Anda dapat melihat bahwa sell dilakukan ketika harga masuk ke dalam area yang dimaksud (celah). Jika Anda melakukan transaksi trading dengan menggunakan strategi ini, pastikan minimal dua kondisi di bawah ini dapat terpenuhi:
- Kedua Moving Average harus memiliki arah kemiringan yang sama.
- Jika akan buy, maka kemiringan kedua Moving Average harus ke atas (naik).
- kika akan sell, maka kemiringan kedua Moving Average harus ke bawah (turun).
- Harga sudah berada di dalam celah yang merupakan area di antara dua MA.
Lalu, bagaimana cara kerja strategi double Moving Average saat Anda melakukan Buy?
Gambar 9: Penerapan Double MA - SMA 50 dan SMA 20 (Buy)
Yang perlu Anda perhatikan adalah celah yang terdapat pada Moving Average tersebut bisa dimanfaatkan untuk entry.
Jadi, ketika harga masuk dan candlestick ditutup di area tersebut maka saat itu Anda bisa melakukan transaksi.
Tidak perlu khawatir, karena akan ada alat bantu tambahan yang dapat membantu Anda untuk menentukan waktu yang tepat saat melakukan aksi.