Continuation Pattern

KELAS LANJUTAN

Continuation Pattern

Jenis-Jenis Triangles

Jenis Triangle Yang Harus Anda Ketahui

Dari namanya, Anda mungkin sudah bisa mengira-ngira bentuk pola ini.

Ya, pola ini memang memiliki bentuk yang mirip dengan segitiga. Pola ini terjadi karena pasar bergerak sideways dan pertarungan antara bull dan bear seimbang.

Sehingga, akhirnya grafik pergerakan harga mengerucut dan membentuk mirip segitiga. Ada tiga jenis triangle:

  1. Symmetrical triangle
  2. Ascending triangle
  3. Descending triangle

Kita akan bahas satu per satu mulai dari symmetrical triangle.

Cara Menggunakan Symmetrical Triangle

Pahami Penggunaan Symmetrical Triangle

Meskipun artinya adalah segitiga simetris, namun pada kenyataannya bentuknya tidaklah selalu simetris. Symmetrical triangle adalah pola triangle yang memiliki garis support (lower line) dan resistance (upper line) yang konvergen (kemiringannya berlawanan menuju satu titik).

Agar lebih mudah dipahami, mari kita lihat gambar di bawah ini:

Pola Symmetrical Triangle Upper Line

Dari gambar diatas, Anda bisa melihat bahwa pola ini terbentuk ketika pasar sedang bergerak sideways setelah mengalami rally bullish. Istilahnya adalah berkonsolidasi.

Contoh di atas memperlihatkan sebuah symmetrical triangle yang terbentuk pada saat uptrend. Sebuah symmetrical triangle paling tidak harus memiliki empat reversal point (titik pembalikan) yang terdiri dari dua titik puncak dan dua titik lembah.

Gambar di atas memperlihatkan sebuah symmetrical triangle yang memiliki enam reversal point, yaitu titik 1, 2, 3, 4, 5 dan 6. Konfirmasi dari pola ini adalah tembusnya upper line (garis bagian atas). Ketika pola ini sudah terkonfirmasi maka pergerakan selanjutnya adalah naik.

Cara memperkirakan targetnya adalah dengan berpatokan pada baseline dari symmetrical triangle tersebut, yaitu jarak dari A ke titik 1. Jadi, kalau misalnya baseline-nya sepanjang 100 pips, maka pergerakan selanjutnya pun diperkirakan akan sejauh 100 pips.

Cara lain yang bisa dipergunakan untuk memperkirakan target pergerakan adalah dengan menarik garis yang sejajar dengan lower line, di mana garis tersebut dimulai dari titik 1.

Sebagaimana pola yang lain, pullback kemungkinan bisa saja akan terjadi. Pada gambar diatas terlihat pullback terjadi dari titik 7 kembali ke titik 8 yang berada di area upper line. Jika Anda perhatikan lagi, garis upper line dan lower line bertemu di satu titik.

Titik tersebut kita sebut sebagai apex.

Anda perlu memperhatikan apex tersebut karena tembusnya upper line yang merupakan konfirmasi dari pola symmetrical triangle tidak boleh terlalu dekat dengan apex. Sebagai aturan umum, harga harus sudah menembus upper line pada jarak kira-kira 2/3 (dua-per-tiga) hingga ¾ (tiga-per-empat) dari panjang polanya.

Panjang pola yang dimaksud adalah jarak dari baseline ke apex.

Jadi, kalau penembusan terjadi kurang dari 2/3 atau lebih dari ¾ panjang pola, kemungkinan besar tidak valid. Selain terjadi pada saat uptrend, symmetrical triangle juga bisa terjadi pada saat downtrend.

Sebenarnya sama saja, hanya saja posisinya berada di bawah.

Kalau pada contoh di atas Anda menantikan tembusnya upper line sebagai konfirmasi dan harga cenderung akan bergerak naik, maka jika polanya terjadi pada saat downtrend Anda akan menantikan tembusnya lower line dan harga cenderung akan bergerak turun.

Hanya itu perbedaannya.

Pola Symmetrical Triangle Lower Line

Penerapan Pola Ascending Triangle

Pola Ascending Triangle

Pada dasarnya, ascending triangle tidak jauh berbeda dengan symmetrical triangle dari sisi menganalisanya. Perbedaan kedua pola tersebut hanya pada bentuknya. Ascending triangle merupakan continuation pattern yang biasanya muncul pada saat uptrend.

Kemunculan pola ini merupakan pertanda bahwa tekanan bullish semakin melebihi tekanan bearish secara bertahap.

Pola Ascending Triangle

Seperti halnya symmetrical triangle, pola ascending triangle juga minimal harus memiliki empat reversal point. Gambar diatas menunjukkan ascending triangle yang memiliki enam reversal point.

Konfirmasi dari pola tersebut adalah tembusnya upper line yang kemudian berpotensi untuk diikuti oleh pergerakan bullish. Cara memperkirakan target pergerakan harga juga mirip dengan symmetrical triangle, hanya saja baseline-nya bukan berpatokan pada titik 1, melainkan berpatokan pada titik 2.

Meskipun pada dasarnya ascending triangle adalah continuation pattern, namun ia juga bisa menjadi reversal pattern jika terjadi pada saat downtrend. Pada keadaan seperti itu, tembusnya upper line merupakan konfirmasi bahwa ascending triangle merupakan pola reversal.

Perhatikan gambar berikut untuk mempermudah pemahaman Anda:

Contoh Pola Ascending Triangle

Pola seperti ini populer dengan nama ascending triangle bottom.

Penjelasan Pola Descending Triangle

Pola Descending Triangle

Kita sudah membicarakan symmetrical triangle dan ascending triangle.

Sepertinya Anda sudah tidak akan kesulitan lagi untuk memahami jenis triangle yang ke-3, yaitu descending triangle. Sederhana saja, descending triangle adalah kebalikan dari ascending triangle.

Dengan demikian, kalau ascending triangle adalah pola bullish, maka descending triangle adalah pola bearish. Descending triangle merupakan continuation pattern yang muncul pada saat downtrend.

Pola Descending Triangle

Bagaimana, sederhana kan?

Descending triangle juga bisa berubah menjadi pola reversal jika muncul pada saat uptrend. Namanya mengalami modifikasi menjadi descending triangle top. Jadi ceritanya akan seperti pada gambar di bawah ini:

Contoh Pola Descending Triangle

Pengenalan Flag & Pennant

Ketahui Pengertian Flag & Pennant

Flag

Kita akan membicarakan flag terlebih dahulu. Flag sebenarnya adalah channel kecil yang muncul setelah rally. Arah channelnya berlawanan dengan arah rally-nya.

Jadi, jika ada down channel kecil yang muncul setelah rally bullish, itu disebut sebagai bullish flag. Sebaliknya, up channel kecil yang muncul setelah rally bearish disebut dengan bearish flag.

Mari kita perhatikan gambar berikut:

Pola Bullish Flag

Pola Bearish Flag

Ya, begitulah bentuk dasar flag.

Sekarang Anda sudah tahu kan, mengapa pola ini disebut sebagai flag?

Karena, bentuknya mirip dengan bendera (flag) dan tiangnya (flagpole).

Flag direpresentasikan oleh channel kecil sedangkan flagpole-nya adalah titik a ke b yang terlihat pada gambar di atas. Pada bearish flag, tembusnya lower line dari up channel adalah konfirmasinya.

Harga cenderung akan bergerak turun jika bearish flag sudah terkonfirmasi. Sebaliknya, pada bullish flag, konfirmasinya adalah tembusnya upper line dari down channel.

Proyeksi pergerakan harga selanjutnya adalah bullish jika bullish flag telah terkonfirmasi. Cara menentukan target pergerakan harga juga sederhana. Anda cukup mengukur panjang flagpole-nya saja.

Sepanjang flagpole itulah jarak yang termungkinkan untuk ditempuh oleh pergerakan harga. Misalnya, jika panjang flagpole-nya adalah 100 pips, maka harga cenderung akan bergerak sejauh 100 pips setelah pola flag-nya terkonfirmasi.

Tetapi pada prakteknya, kebanyakan trader berhenti (menutup posisinya) setelah harga bergerak “setengah jalan” sebelum mencapai target. Misalnya jika target adalah sejauh 100 pips, maka mereka cenderung untuk berhenti di 50 – 60 pips.

Syarat umum dari flag adalah sebagai berikut:

  1. Terjadi rally sebelum channel kecil terbentuk.
  2. Channel yang terjadi arahnya harus berlawanan dengan arah rally sebelumnya.
  3. Panjang channel (flag) paling tidak sepertiga panjang flagpole.

Penannt

OK, kita akan membahas pennant sekarang. Pennant pada dasarnya adalah pengembangan dari pola symmetrical triangle. Hanya saja, pennant didahului oleh rally yang panjang dan cukup curam.

Bisa dikatakan bahwa pennant merupakan hasil kawin silang antara symmetrical triangle dengan flag. Oleh karena pennant mirip dengan symmetrical triangle dan flag, maka dengan sendirinya aturan-aturan yang berlaku pada symmetrical triangle dan flag juga berlaku pada pennant.

Di bawah ini adalah ilustrasi yang menggambarkan bentuk pennant.

Pola Penannt

Mengenal Wedge Formation

Kenali Wedge Formation

Wedge hampir mirip dengan pennant. Hanya saja, kemiringan kedua garis segitiga-nya searah, dalam arti keduanya mengarah ke atas atau ke bawah. Derajat kemiringannya memang berbeda, namun searah. Gambar di bawah ini akan memperjelas definisi wedge.

Wedge Formation

Kita bisa mengenali wedge dengan memeprhatikan kemiringannya yang mengarah ke atas atau ke bawah. Sebagai aturan umum; hampir mirip dengan flag – kemiringan wedge sebagai continuation pattern arahnya berlawanan dengan tren yang sedang berlangsung.

Dengan demikian, falling wedge adalah pola bullish, sedangkan rising wedge adalah pola bearish.

Catatan:
Meskipun pada dasarnya wedge adalah pola continuation, namun wedge bisa juga berfungsi sebagai pola reversal. Akan tetapi kejadian ini jarang terjadi. Falling wedge bisa menjadi pola reversal bullish jika terjadi di ujung sebuah dowtrend. Sebaliknya, jika rising wedge muncul pada saat uptrend, maka ia bisa jadi akan menjadi pola reversal bearish.

Pahami Pola Rectangle formation

Pola Rectangle Formation

Rectangle formation memiliki banyak nama, namun pola ini sangat mudah dikenali. Pola ini merepresentasikan jeda yang terjadi di mana harga bergerak sideways di antara dua garis horizontal yang sejajar.

Pola Rectangle formation

Rectangle terkadang disebut sebagai trading range atau area kongesti. Apa pun namanya, pola ini merepresentasikan periode konsolidasi pada sebuah tren, dan biasanya dilanjutkan dengan pergerakan yang searag dengan tren sebelumnya.

Sebuah rectangle minimal harus memiliki empat reversal point. Pada contoh gambar di atas, Anda bisa melihat contoh rectangle yang memiliki enam reversal point.

Konfirmasi bullish rectangle adalah pecahnya garis resistance atau upper line. Sedangkah konfirmasi bearish rectangle adalah tembusnya garis support atau lower line.

Memahami Perbedaan Pola Continuation Head & Shoulders Pattern

Pola Continuation Head and Shoulders Pattern

Sebelumnya, kita telah membahas mengenai pola head and shoulders sebagai pola reversal. Pada pola continuation head and shoulders, pola yang terbentuk benar-benar sama persis dengan pola head and shoulders. Yang membedakan adalah poin-poin berikut ini:

  1. Pola head and shoulders muncul pada saat downtrend. Tembusnya neckline merupakan konfirmasi pola continuation head and shoulders.
  2. Pola inverse head and shoulders muncul pada saat uptrend. Tembusnya neckline merupakan konfirmasi pola continuation inverse head and shoulders.

Pola Continuation Head and Shoulders Pattern

Jadi tidak perlu bingung. Yang perlu Anda ingat hanyalah bahwa pola inverse head and shoulders memiliki implikasi bullish. Sedangkan pola head and shoulders memiliki implikasi bearish, terlepas dari pada saat tren apa pola tersebut muncul.

Mudah kan?

 

Belajar Forex