Pahami Penggunaan Symmetrical Triangle
Meskipun artinya adalah segitiga simetris, namun pada kenyataannya bentuknya tidaklah selalu simetris. Symmetrical triangle adalah pola triangle yang memiliki garis support (lower line) dan resistance (upper line) yang konvergen (kemiringannya berlawanan menuju satu titik).
Agar lebih mudah dipahami, mari kita lihat gambar di bawah ini:
Dari gambar diatas, Anda bisa melihat bahwa pola ini terbentuk ketika pasar sedang bergerak sideways setelah mengalami rally bullish. Istilahnya adalah berkonsolidasi.
Contoh di atas memperlihatkan sebuah symmetrical triangle yang terbentuk pada saat uptrend. Sebuah symmetrical triangle paling tidak harus memiliki empat reversal point (titik pembalikan) yang terdiri dari dua titik puncak dan dua titik lembah.
Gambar di atas memperlihatkan sebuah symmetrical triangle yang memiliki enam reversal point, yaitu titik 1, 2, 3, 4, 5 dan 6. Konfirmasi dari pola ini adalah tembusnya upper line (garis bagian atas). Ketika pola ini sudah terkonfirmasi maka pergerakan selanjutnya adalah naik.
Cara memperkirakan targetnya adalah dengan berpatokan pada baseline dari symmetrical triangle tersebut, yaitu jarak dari A ke titik 1. Jadi, kalau misalnya baseline-nya sepanjang 100 pips, maka pergerakan selanjutnya pun diperkirakan akan sejauh 100 pips.
Cara lain yang bisa dipergunakan untuk memperkirakan target pergerakan adalah dengan menarik garis yang sejajar dengan lower line, di mana garis tersebut dimulai dari titik 1.
Sebagaimana pola yang lain, pullback kemungkinan bisa saja akan terjadi. Pada gambar diatas terlihat pullback terjadi dari titik 7 kembali ke titik 8 yang berada di area upper line. Jika Anda perhatikan lagi, garis upper line dan lower line bertemu di satu titik.
Titik tersebut kita sebut sebagai apex.
Anda perlu memperhatikan apex tersebut karena tembusnya upper line yang merupakan konfirmasi dari pola symmetrical triangle tidak boleh terlalu dekat dengan apex. Sebagai aturan umum, harga harus sudah menembus upper line pada jarak kira-kira 2/3 (dua-per-tiga) hingga ¾ (tiga-per-empat) dari panjang polanya.
Panjang pola yang dimaksud adalah jarak dari baseline ke apex.
Jadi, kalau penembusan terjadi kurang dari 2/3 atau lebih dari ¾ panjang pola, kemungkinan besar tidak valid. Selain terjadi pada saat uptrend, symmetrical triangle juga bisa terjadi pada saat downtrend.
Sebenarnya sama saja, hanya saja posisinya berada di bawah.
Kalau pada contoh di atas Anda menantikan tembusnya upper line sebagai konfirmasi dan harga cenderung akan bergerak naik, maka jika polanya terjadi pada saat downtrend Anda akan menantikan tembusnya lower line dan harga cenderung akan bergerak turun.
Hanya itu perbedaannya.