Forex, Trading Forex, Broker Forex Indonesia, Broker Forex Terpercaya,Trading Forex Indonesia Forex, Trading Forex, Broker Forex Indonesia, Broker Forex Terpercaya,Trading Forex Indonesia

KOMBINASI KEKUATAN FIBONACCI RETRACEMENT DAN STOCHASTIC OSCILLATOR UNTUK TRADING FOREX YANG LEBIH CERDAS

13 May 2024 in Blog - Forex - by Admin

FOREXimf.com - Halo para trader forex! Tulisan ini saya buat untuk kalian yang ingin meningkatkan potensi cuan dari trading forex. Tidak perlu terlalu canggih, kita bakal bahas kombinasi indikator forex dengan tool yang saya yakin hampir semua trader forex kenal: stochastic oscillator dan Fibonacci retracement. Dari pengalaman saya menggunakan kombinasi keduanya, ternyata cukup bisa membantu meningkatkan potensi cian kamu. 

Oke, tidak perlu berpanjang lebar deh. Kita mulai saja yuk. 

Memangnya Se-powerful Itu Ya? 

Kalau nggak powerful, buat apa saya susah-susah menulis ulasannya dan membagikannya di sini? 😉

Ya, strategi ini cukup powerful. Soalnya Fibonacci retracement itu bisa banget untuk kita pakai mengidentifikasi level-level support dan resistance potensial. Padahal kita tahu kan, bahwa level-level support dan resistance itu sebenarnya ya area yang bisa kita pakai untuk mencari peluang enty sekaligus exit. 

Yang menariknya, level-level support dan resistance itu dihasilkan berdasarkan perhitungan rasio deret Fibonacci. Buat kalian yang belum tahu apa itu rasio Fibonacci, bisa cek sejarah singkat Fibonacci di sini

Yang bikin lebih menarik lagi, ternyata “golden ratio” dari hitungan rasio deret Fibonacci itu bisa dipakai sebagai acuan area trading yang cukup akurat dan lebih tepat. Jadi bisa dibilang teori trading pakai rasio Fibonacci ini cukup ilmiah. 

Nah, kalau Fibonacci retracement bisa memberi tahu kita di mana area entry dan exit yang cukup baik, stochastic oscillator bisa membantu kita untuk mengukur seberapa besar momentum pasar yang terjadi. Kita juga bisa mengidentifikasi potensi kondisi jenuh beli (overbought), yaitu kondisi di mana diperkirakan pasar menganggap harga sudah terlalu mahal sehingga ada kemungkinan harga akan bergerak turun. Tentu dengan demikian kita juga bisa mengidentifikasi kondisi jenuh jual (oversold), di mana diperkirakan harga sudah terlalu rendah dan ada kemungkinan harga akan bergerak naik.  

Jadi, Fibonacci retracement memberikan info “di area mana bisa buy atau sell”, stochastic memberikan info “kapan bisa buy atau sell”. Jadi cukup komplit, karena pertanyaan “di mana dan kapan”-nya bisa terjawab. Makanya dengan menggabungkan keduanya, kita harusnya bisa mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang kondisi pasar dan mengambil keputusan trading yang lebih terarah. 

Cara Pakainya Gimana?

Supaya bisa mendapatkan area entry dan exit, berikut timing buy atau sell-nya, kamu sebaiknya mengikuti langkah-langkah berikut ini: 

1. Cek trend yang sedang berlangsung 

Kamu harus cek trend yang sedang berlangsung, kemudian tentukan trend yang ingin kamu ikuti. Kalau kamu merasa masih kesulitan dalam mengenali trend secara kasat mata, kamu bisa pergunakan indikator teknikal yang khusus didesain untuk membaca arah trend, misalnya Moving Average.

2. Cek area level-level Fibonacci Retracement

Di atas sudah disebutkan, kalau level-level Fibonacci retracement itu adalah area support dan resistance yang bisa kamu manfaatkan untuk area entry dan exit. Berarti, kalau trend-nya lagi up, kalian manfaatkan level-level Fibonacci tersebut untuk cari peluang buy. Sebaliknya kalau lagi downtrend, kalian cari saja sinyal sell di area level-levelnya. Di bawah nanti akan dijelaskan teknis dan contoh kasusnya. Jadi pastikan kalian baca artikel ini sampai selesai ya!

3. Tunggu harga koreksi ke area “golden ratio”. 

Area “golden ratio di sini adalah area yang berada di antara level 38.2% hingga 61.8% level Fibonacci. Di area ini sering muncul signal buy atau sell yang cukup akurat. Di gambar di bawah ini, area “golden ratio”-nya saya tandai pakai warna kuning. 

4. Cek signal buy atau sell dari stochastic

Ini pastinya harus sesuai dengan trend. Kalau trend yang sedang berlangsung adalah uptrend, berarti cari signal buy saja. Sebaliknya, kalau trend yang sedang berlangsung adalah downtrend, berarti cari signal sell saja. 

5. Konfirmasi sinyal entry dengan price pattern atau candlestick pattern

Ini sebenarnya optional. Kamu bisa mencari “penguat” dari signal yang muncul dari stochastic dengan kemunculan pola seperti candlestick pattern. Tidak wajib, tapi kalau ada tentunya bakal makin memperkuat signal yang muncul dari stochastic. 

6. Tetapkan stop loss (SL) dan take profit (TP).

Untuk SL, kamu bisa mengacu pada level 76.4% Fibonacci retracement. Sedangkan untuk TP bisa mengacu ke level 23.6% atau 0.0%. Tapi pada dasarnya setiap level Fibonacci Retracement bisa dipergunakan sebagai acuan menempatkan stop loss dan take profit.

Contoh penerapan:

Misalnya, kamu lihat XAUUSD lagi uptrend, lalu kamu melihat harga terkoreksi ke area “golden ra”io" Fibonacci retracement-nya.

Pada saat yang sama, Stochastic Oscillator menunjukkan signal buy. Kamu kemudian bisa membuka posisi buy dengan stop loss di bawah level 76.4% dan take profit di level 23.6% atau 0.0%.

Dari set up di atas, ternyata kemudian harga bergerak seperti ini:

Kesimpulan

Menggabungkan Fibonacci Retracement dan Stochastic Oscillator dapat membantu meningkatkan potensi profit kamu dalam trading forex. Dengan memahami cara kerja kedua indikator ini dan menerapkannya dengan tepat, kamu bisa membuat keputusan trading yang lebih terarah dan meningkatkan peluang keberhasilan kamu.

Jangan lupa untuk terus belajar dan berlatih! 💪

Semoga artikel ini bermanfaat! 

Salam profit! 💰

Share :